Harga minyak pada perdagangan melanjutkan penurunan | PT Solid Gold Berjangka Cabang Lampung
Pedagang dan broker juga mengamati pasar minyak mentah lebih rendah selama pemilu Perancis, karena pelemahan dollar AS. Hal tersebut mendorong pasar minyak mentah mengalami bearish.
Harga bensin berjangka AS jatuh 1,2 persen memimpin pelemahan harga energi karena perawatan rutin kilang dan turunnya permintaan.
Namun produksi minyak mentah AS naik hampir 10 persen sejak pertengahan 2016 ke level 9,3 juta barel per hari, mendekati eksporter terbesar OPEC, Arab Saudi.
Pada pekan lalu, pengebor menambahkan rig menjadi sebanyak 688 rig, kenaikan tertinggi bulanan selama lebih dari dua tahun.
"Kami pikir, perpanjangan periode adalah kemungkinan terbesar. Tetapi pasar nampaknya melihat kondisi pekan lalu mengindikasikan penolakan perpanjangan," kata analis di Citi Futures, Tim Evans.
Pekan lalu harga minyak mentah anjlok sekitar 7 persen setelah kenaikan produksi AS di tengah pemotongan yang dilakukan OPEC dan produsen di luar kelompok itu.
Dikutip dari CNBC, Selasa (25/4/2017) harga patokan minyak mentah Amerika Serikat (AS) atau West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin dengan ditutup turun 39 sen lebih rendah ke level 49,23 dollar AS per barel.
Puncak harga tertinggi perdagangan harian ada di 50,22 dollar AS. Sementara itu harga patokan minyak mentah Brent turun 33 sen ke level 51,36 dollar AS per barel, setelah penguatan di awal sesi ke 52,57 dollar AS per barel.
Produksi minyak mentah Rusia bisa naik ke level tertinggi 30 tahun jika OPEC dan eksportir non-OPEC tidak jadi memperpanjang periode paska 30 Juni.
Harga minyak pada perdagangan melanjutkan penurunan pekan lalu, didorong tidak jelasnya rencana perpanjangan periode pemotongan produksi oleh OPEC hingga akhir 2017.
Kondisi tersebut ditambah indikasi Rusia yang akan meningkatkan produksinya jika kesepakatan batal.
Kesepakatan OPEC Diragukan Bikin Harga Minyak Susut | PT Solid Gold Berjangka Cabang Lampung
Menurut dia, penurunan itu lebih berkaitan dengan koreksi berlebihnya optimisme sebelumnya dan sikap spekulatif, dibandingkan dengan pergeseran skenario mendasar lainnya.
Pekan lalu, sebagian harga minyak anjlok sekitar 7 persen karena adanya tanda-tanda kenaikan produksi di AS mempengaruhi upaya OPEC dan produsen lainnya mengurangi produksi hampir 1,8 juta barel per hari (bpd) pada paruh pertama tahun ini.
Pedagang dan pialang juga mencatat bahwa pasar minyak mentah melemah meski terjadi reli selama pemilihan Prancis, dengan dolar AS yang lebih rendah. Hal ini dikatakan mencerminkan sentimen pasar yang bearish.
Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 39 sen menjadi US$ 49,23 per barel, setelah mencapai level tinggi US$ 50,22 per barel pada hari sebelumnya.
Produksi minyak Rusia bisa naik ke tingkat tertinggi dalam 30 tahun jika Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen non-OPEC tidak memperpanjang kesepakatan pengurangan pasokan selama enam bulan usai 30 Juni, menurut pejabat Rusia.
"Kami pikir sebuah perpanjangan sangat mungkin terjadi, dengan konsensus OPEC yang terus meningkat untuk mendukung kebijakan tersebut, namun pasar tampaknya mengaitkan penurunan pekan lalu dengan tidak adanya kesepakatan yang kuat," kata Ahli Energi Berjangka Citi Futures, Tim Evans, dalam catatannya.
Harga minyak tergelincir hampir 1 persen memperpanjang penurunannya pada pekan lalu. Kondisi ini dipicu belum adanya kabar kelanjutan jika OPEC akan memperpanjang pemotongan produksinya sampai akhir 2017.
Rusia menunjukkan hal itu dapat mengangkat output jika kesepakatan mengenai pengurangan tak lagi ada.
Melansir laman Reuters, Selasa (25/4/2017), kontrak minyak mentah berjangka Brent mengakhiri sesi dengan susut 36 sen menjadi US$ 51,60 per barel setelah mencapai level tertinggi di US$ 52,57 per barel.
Belum Ada Kabar dari OPEC, Harga Minyak Tergelincir | PT Solid Gold Berjangka Cabang Lampung
Saat ini, produksi minyak Rusia bisa naik ke tingkat tertinggi dalam 30 tahun jika Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen non-OPEC tidak memperpanjang kesepakatan pengurangan pasokan enam bulan usai 30 Juni.
"Kami pikir sebuah perpanjangan sangat mungkin terjadi, dengan konsensus OPEC yang terus meningkat untuk mendukung kebijakan tersebut, namun pasar tampaknya mengaitkan penurunan pekan lalu dengan tidak adanya kesepakatan yang kuat," jelas Ahli Energi Berjangka Citi Futures, Tim Evans dalam laporannya.
Pada pekan lalu, harga minyak anjlok sekitar 7% sebagian karena adanya tanda-tanda bahwa upaya produksi serpihan serpih di AS oleh OPEC dan produsen lainnya mengurangi produksi hampir 1,8 juta barel per hari (bpd) pada paruh pertama tahun ini.
Tercatat, kontrak berjangka minyak mentah Brent LCOc1 mengakhiri sesi dengan turun 36 sen menjadi USD51,60 per barel setelah mencapai level tertinggi di USD52,57 per barel.
Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) CLc1 turun 39 sen menjadi USD49,23 per barel, setelah mencapai level tinggi USD50,22 per barel pada hari sebelumnya. Demikian seperti dilansir Reuters, Selasa (25/4/2017).
Harga minyak tergelincir hampir 1% pada hari Senin yang memperpanjang penurunan pada pekan lalu. Hal ini dipicu karena belum ada kabar keberlanjutan soal OPEC akan memperpanjang pemotongan produksi sampai akhir 2017. Seperti yang ditunjukkan Rusia. Hal itu dapat mengangkat output jika kesepakatan pengurangan produksi tak ada lagi.