Soal Sawit, Pemerintah Sebut Tudingan Parlemen Uni Eropa Mengada-ada | PT Solid Gold Berjangka Cabang Lampung
Sebelumnya, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit.
Resolusi tersebut dikeluarkan, karena dinilai masih menciptakan banyak masalah dari deforestasi, korupsi, pekerja anak, sampai pelanggaran HAM.
"Pada saatnya kami akan proaktif. Kami menuntut seluruh dunia vegetable oil juga punya standar yang sama. Karena semua (pengusaha) punya komitmen sama untuk sustainable (keberlanjutan)," kata dia.
Mantan Ketua Umum Realestate Indonesia (REI) ini menambahkan, Indonesia akan menggandeng Malaysia untuk menghadapi resolusi yang diusulkan dari parlemen Uni Eropa.
"Indonesia bersama dengan Malaysia yang mengalami persoalan sama. Indonesia dan Malaysia 85 persen untuk pasar dunia, dan Asia 95 persen. Bayangkan kalau Indonesia tidak kirim stok ekspornya, meninggal itu (Eropa)," tandasnya.
"Pada saatnya kami akan proaktif. Kami menuntut seluruh dunia vegetable oil juga punya standar yang sama. Karena semua (pengusaha) punya komitmen sama untuk sustainable (keberlanjutan)," kata dia.
Mantan Ketua Umum Realestate Indonesia (REI) ini menambahkan, Indonesia akan menggandeng Malaysia untuk menghadapi resolusi yang diusulkan dari parlemen Uni Eropa.
"Indonesia bersama dengan Malaysia yang mengalami persoalan sama. Indonesia dan Malaysia 85 persen untuk pasar dunia, dan Asia 95 persen. Bayangkan kalau Indonesia tidak kirim stok ekspornya, meninggal itu (Eropa)," tandasnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengaku tidak takut terkait usulan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit yang diusulkan oleh parlemen Uni Eropa.
Mendag Enggartiasto meyakini bahwa usulan parlemen tersebut bakal tidak disetujui oleh Presiden dan Komisi Uni Eropa.
"Apa alasannya? Tentu mereka yang tahu. Saya tidak boleh mengatakan apa-apa. Mengatakan apa ada kepentingan usaha, itu kita nuduh. Akan teapi, kalau ditanya seberapa jauh keyakinan kalau itu tidak terjadi. Kami yakin seyakin-yakinnya," ujar Enggartiasto di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Senin (17/4/2017).
Kumpulkan pengusaha sawit, ini yang dibicarakan Mendag Enggartiasto | PT Solid Gold Berjangka Cabang Lampung
"Kedua soal minyak goreng untuk masyarakat banyak. Kita ada kesepakatan yang efektif berlaku 10 April lalu, bahwa 3 komoditas dengan harga eceran tertinggi, salah satunya minyak goreng," tegasnya.
Ada beberapa pengusaha yang hadir dalam pertemuan selama kurang lebih sejam tersebut yakni taipan Rajawali Group Peter Sondakh, Franky Wijaya dari Sinarmas Group, dan Franciscus Welirang dari Salim Group, Managing Director Asian Agri Kelvin Tio, Chairman Musim Mas Group Bachtiar Karim, Komisaris Wilmar Group Tumanggor, Komisaris Sampoerna Group Soetjahjono Winarko, CEO Triputra Agro Persada Arif Rachmat, CEO Harita Group Gunawan Lim.
"Tuduhan tuduhan itu, kami sampaikan secara serius, itu tidak benar. saya juga menyampaikan bahwa, kalau hal hal ini dilaksanakan itu mengganggu perjanjian perdagangan uni eropa dengan Indonesia," tambahnya.
Selain membahas masalah sawit, pertemuan tersebut juga memastikan harga minyak goreng bisa tetap stabil di pasar, yakni sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 11.000 per liter, untuk minyak goreng kemasan sederhana.
Menurutnya, pemerintah masih menunggu tanggapan parlemen Uni Eropa atas surat keberatan yang sudah dikirimkan beberapa waktu lalu. Dia menegaskan perlu bagi pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut, karena apabila tidak diselesaikan akan berpotensi mengganggu perjanjian perdagangan Uni Eropa dengan Indonesia.
"Yang saya sudah sampaikan adalah surat kepada menteri perdagangan Uni Eropa dan penyampaian lisan kepada mereka pada keberatan kami atas pembicaraan yang dihasilkan parlemen Eropa," kata Enggar.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, mengundang CEO perusahaan-perusahaan sawit terbesar di Indonesia, hari ini, Senin (17/4). Salah satu pokok bahasan pertemuan tersebut adalah mengenai penetapan 'Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforests' oleh Uni Eropa beberapa waktu lalu.
"Ada dua isu besar, pertama bagaimana hadapi berbagai tuduhan baik dari Parlemen Eropa dan berita lainnya. Kita persiapkan data yang bisa jadi masukan untuk diambil langkah berikutnya oleh pemerintah," ujar Enggar di Gedung Kemendag, Jakarta.
Enggar mengatakan saat ini produk sawit Indonesia tengah jadi sorotan. Sebab, resolusi yang dikeluarkan oleh Parlemen Uni Eropa dikaitkan dengan isu pelanggaran HAM, korupsi, pekerja anak, dan penghilangan hak masyarakat adat.
Indonesia-Malaysia Siap Hadapi Tuduhan Uni Eropa | PT Solid Gold Berjangka Cabang Lampung
Selain itu Enggar, menyesalkan perlakuan Uni-Eropa yang melanggar perjanjian yang dibuatnya sendiri. Menurutnya, tidak seharusnya jika perjanjian yang sudah di buat oleh Parlemen Uni Eropa tersebut justru dilanggar oleh Uni Eropa itu sendiri.
Tentu ini berakibat terhadap perjanjian perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia. "Sebab semangat yang ada kita bicara small medium enterprice, semangat free trade, semangat perlakuan-perlakuan diskriminatif, tetapi langkah yang dilakukan ini tidak,” tukasnya.
nggar mengatakan, Indonesia dan Malaysia sebagai negara yang memiliki pangsa pasar sawit yang cukup tinggi di dunia bersiap bersama sama melawan tuduhan yang dilayangkan oleh Uni-Eropa.
Di mana Parlemen Eropa secara khusus menyebut industri sawit Indonesia adalah persoalan besar yang dikaitkan dengan isu korupsi, pekerja anak pelanggaran HAM, penghilangan hak masyarakat adat dan lain-lain. "Market share kita dan Malaysia di dunia itu kan 85%.
Nah kita berdua saja 85%, dari pada kita sendiri-sendiri, kita berdua lah bersama-sama dengan Malaysia menghadapi tuntutan ini," kata Enggar.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku keberatan terkait resolusi yang dikeluarkan oleh parlemen Uni Eropa. Menurut Enggar, sawit merupakan kebutuhan wajib semua negara, bahkan ia berani menjamin negara manapun yang menolak sawit maka akan termasuk negara rugi.
"Kami dan Malaysia 85% untuk market dunia, dan Asia 95%. Bayangkan kalau kita tidak kirim stok ekspornya, meninggal itu," ujarnya di Kantor Kementrian Perdagangan, Jakarta, Senin (17/4/2017).
Solid Gold