Aksi boikot Snapchat tengah gencar dilakukan oleh pengguna di wilayah India | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
"Pernyataan itu ditulis oleh seorang mantan karyawan yang tak puas. Kami sangat berterimakasih dengan komunitas Snapchat di India dan seluruh dunia," ujar media sosial dalam pernyataannya. Selain itu, perusahaan menampik telah memberikan metrik data pengguna yang salah untuk investor pada 2015.
Meskipun aksi ini tengah gencar dilakukan, sejumlah analis memprediksi hal itu tak akan berdampak banyak bagi Snapchat. Alasannya, pengguna Snapchat di India hanya sekitar 4 juta, jauh lebih sedikit dari pengguna Facebook yang mencapai 200 juta di negara tersebut.
Informasi terbaru juga menyebut dari pengguna harian aktif Snapchat yang berjumlah 158 juta, 50 persen di antaranya berada di Amerika Serikat dan sisanya tersebar di negara lain. Untuk itu, aksi boikot ini diperkirakan akan segera reda dalam beberapa bulan mendatang.
Untuk informasi, gugatan yang dilayangkan mantan karyawan bernama Anthony Pompliano ini merupakan reaksi dari keputusan perusahaan yang memecatnya. Melalui gugatan itu disebut pula Snapchat terlalu banyak menyimpan data pengguna dan sejumlah eksekutif perusahaan tak benar-benar mengetahui informasi penting.
Terungkapnya informasi tersebut, membuat linimasa media sosial pun sempat diramaikan oleh tagar #BoycottSnapchat dan #Uninstall-Snapchat. Tak hanya itu, banyak pengguna yang memberikan rating buruk pada aplikasi Snapchat di Google Play Store dan App Store.
Menanggapi informasi tersebut, juru bicara Snapchat telah membantahnya melalui keterangan resmi. Perusahaan yang baru saja go public pada bulan lalu menyebut aplikasi Snapchat ditujukan untuk semua orang dan tersedia di seluruh dunia untuk diunduh secara gratis.
Aksi boikot Snapchat tengah gencar dilakukan oleh pengguna di wilayah India sejak kemarin. Langkah tersebut dilakukan menyusul pernyataan kontroversial CEO Snap. Inc Evan Spiegel yang terungkap dalam sebuah gugatan hukum dari mantan karyawan perusahaan.
Berdasarkan informasi dari gugatan hukum itu, diketahui Spiegel pernah menyebut Snapchat tak ditujukan untuk negara-negara miskin. "Aplikasi ini hanya ditujukan untuk orang kaya. Saya tak ingin mengembangkannya untuk negara miskin seperti India dan Spanyol," ujar Spiegel seperti dikutip dari Economic Times, Senin (17/4/2017).
Pengguna Snapchat di India Ramai-ramai Hapus Aplikasi, Apa Sebabnya? | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Aksi #Delete Uber juga dihubung-hubungkan dengan CEO Uber Travis Kalanick yang diangkat sebagai penasihat ekonomi pemerintahan Trump.
Uber dilaporkan kehilangan sekitar 200.000 pengguna kala itu. Belum diketahui berapa pengguna Snapchat di India yang menghapus aplikasi tersebut.
Pengguna di India kemudian beramai-ramai mengutarakan pendapatnya di Twitter. Para pengguna Twitter itu bersuara tentang alasan penghapusan aplikasi Snapchat.
Aksi #UninstallSnapchat ini mengingatkan akan aksi serupa yang dialami oleh Uber. Beberapa saat lalu, tagar #Delete Uber ramai didengungkan menyusul kebijakan Uber yang menghapus biaya tambahan dari airport. Serikat sopir taksi konvensional kemudian memboikot dengan cara menolak menjemput penumpang di bandara.
Karyawan yang bernama Anthony Pompliano tersebut, bekerja di Snapchat selama tiga bulan dan bertanggung jawab akan pertumbuhan Snapchat. Ia menuduh Spiegel memandang remeh "negara miskin" saat berdiskusi tentang pertumbuhan bisnis Snapchat di negara-negara tersebut.
Kini tuntutan hukum tersebut bisa diakses oleh publik. Lantas komentar Spiegel tentang India itu didengar oleh pengguna Snapchat di negara tersebut.
Kala itu, Spiegel berkata, "Aplikasi ini hanya untuk orang kaya saja." Hal itu diutarakan Spiegel dalam sebuah diskusi tentang pertumbuhan Snapchat.
"Saya tidak mau berekspansi ke negara miskin seperti India dan Spanyol," tegas Spiegel lagi.
Komentar itu terungkap setelah mantan karyawan Snapchat mengajukan tuntutan di pengadilan pada Januari 2017. Karyawan itu menuduh Snapchat memalsukan ukuran jumlah penggunanya.
Pengguna Snapchat di India ramai-ramai menghapus (uninstall) aplikasi tersebut dari smartphone mereka. Gerakan itu diramaikan juga dengan tagar #UninstallSnapchat. Apa penyebabnya?
Dikutip KompasTekno dari Mashable, Senin (17/4/2017), gerakan menghapus aplikasi Snapchat di India ternyata dipicu oleh komentar yang diduga dikeluarkan oleh CEO Snap Inc. Evan Spiegel pada 2015 lalu.
Snapchat Bantah Aplikasinya Hanya untuk Orang Kaya | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Menanggapi ini, Snap pun segera memberi pernyataan. Disebutkan Snap, kabar yang menyebutkan Spiegel tidak ingin berekspansi ke negara yang dianggap miskin seperti India adalah omong kosong.
"Ini konyol. Tentu saja Snapchat untuk semua orang. Aplikasi ini tersedia di seluruh negara dan bisa didownload secara gratis," kata juru bicara Snap kepada sejumlah media di India.
"Perkataan ini keluar dari seorang mantan karyawan yang merasa tidak puas. Kami sangat bersyukur memiliki komunitas Snapchat di India dan berbagai negara lainnya," tutupnya.
Pompliano saat itu menjabat sebagai kepala divisi pertumbuhan Snapchat. "Aplikasi ini hanya untuk orang kaya, dan kami tidak mau berekspansi ke negara miskin seperti India dan Spanyol," kata Pompliano menirukan ucapan Spiegel, seperti dikutip dari Business Insider, Senin (17/4/2017). Terungkapnya informasi ini memancing kemarahan pengguna di sejumlah negara.
Di media sosial misalnya, kebanyakan pengguna dari India mengecam Spiegel. Tak hanya itu, mereka juga mengomentari Snapchat pada ulasan di toko aplikasi dan memberikan bintang satu. Akibatnya, rating Snapchat di Google Play Store dan Apple App Store pun turun.
Snap Inc. yang menaungi Snapchat membantah bahwa CEO mereka, Evan Spiegel pernah melontarkan kalimat bahwa aplikasi buatannya hanya untuk orang kaya.
Kabar ini bermula dari salah satu mantan karyawan Snapchat Anthony Pompliano, yang mengadukan Snap ke pengadilan. Pompliano menyebutkan pada 2015, dia pernah bertemu Spiegel, membahas rencana pertumbuhan Snapchat secara global.
Solid Gold Berjangka