Bank Indonesia (BI) menegaskan jika kondisi pasar keuangan saat ini sudah semakin stabil | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
"Kalau kita lihat persepsi di pasar pada waktu Trump menang November, pada saat itu memang pasar kaget, pasar keuangan terkejut karena tidak mengira bahwa Trump akan menang, kemudian yang terjadi sempat ada volatilitas meningkat di pasar keuangan," jelas dia.
Lebih lanjut, kondisi pasar keuangan yang penuh ketidakpastian itu ditambah lagi dengan rencana Trump yang di luar dugaan. Dengan berbagai kebijakan proteksionisme dan pengetatan kebijakan fiskal membuat terjadinya peningkatan terhadap penjualan surat utang AS.
"Ini semua berujung pada meningkatnya imbal hasil surat utang AS. Kalau imbal hasil AS meningkat maka imbal hasi; surat utang negara berkembang juga akan meningkat, itu yang terjadi di November pada saat pasar khawatir dengan kemenangan Trump," pungkasnya.
Mirza menceritakan jika kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi di mana Trump baru memenangkan pemilihan presiden AS. Saat itu kemenangan yang diraih oleh Trump berada di luar ekspektasi pasar sehingga menyebabkan terjadinya volatilitas yang sedikit meningkat.
"Kekhawatiran pasar keuangan menjadi berkurang. Ada dana masuk sekitar Rp72 triliun ke pasar keuangan, yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham kita. Itu semua menggambarkan bahwa kekhawatiran kita terhadap Trump sudah tidak pada saat November lalu (di 2016)," kata Mirza, di Museum BI, Jakarta Barat, Rabu malam 5 April 2017.
Bank Indonesia (BI) menegaskan jika kondisi pasar keuangan saat ini sudah semakin stabil. Hal ini terjadi karena kekhawatiran mengenai kebijakan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) sudah mereda atau tak sebesar tahun lalu.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, kebijakan yang dijanjikan Trump pada masa kampanye banyak yang belum terealisasi. Bahkan di AS sendiri rencana yang disiapkan oleh Trump banyak ditentang oleh pihak parlemen AS selaku legislator sehingga masih banyak tertunda.
BI: Dunia Sempat Kaget Trump Jadi Presiden AS | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Lanjut Mirza, kekhawatiran pasar keuangan mereda setelah apa yang dikampanyekan tidak kunjung terlaksana. Bahkan, beberapa program di masa kampanye tidak mendapatkan dukungan dari parlemen AS dan juga partainya sendiri.
"Maka dari itu kekhawatiran pasar keuangan menjadi berkurang," jelasnya.
Pada saat kekhawatiran pasar keuangan mereda, kata Mirza, yang terjadi selanjutnya banyak dana-dana segar yang sempat keluar dari negara-negara berkembang, kini kembali lagi.
Seperti Indonesia, dia menilai setidaknya ada dana sekitar Rp 72 triliun keuangan, yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham.
"Itu semua menggambarkan bahwa kekhawatiran kita terhadap Trump sudah tidak pada saat bulan November lalu," tandasnya
Alasan pelaku pasar keuangan dunia kaget dan khawatir dengan terpilihnya Trump, menurut Mirza, karena janji-janji Trump semasa kampanye. Contohnya rencana penerapan kebijakan proteksinisme, membesarkan defisit anggaran AS, menurunkan pajak yang berujung pada meningkatnya yield (imbal hasil) surat utang AS.
"Kalau yield AS meningkat, maka yield surat utang negara berkembang juga akan meningkat, itu yang terjadi di November pada saat pasar khawatir dengan kemenangan Trump," tambahnya.
"Kalau kita lihat persepsi di pasar pada waktu Trump menang bulan November, pada saat itu memang pasar kaget, pasar keuangan terkejut karena tidak mengira bahwa Trump akan menang, kemudian yang terjadi sempat ada volatilitis meningkat di pasar keuangan," kata Mirza, pada acara The Impact of Trumponomics On Indonesia, di Bank Indonesia Museum, Jakarta, Rabu malam, (5/4/2017).
Bank Indonesia (BI) memastikan, kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia terhadap sikap kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sudah mulai mereda.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan tingkat kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia saat ini tidak setinggi saat Trump memenangkan pemilihan umum (Pemilu) Presiden AS, pada November 2016.
Tuduhan Trump Terhadap Indonesia Tak Beralasan | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Selain Indonesia, beberapa negara yang masuk daftar Trump adalah China, Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Perancis,Swiss, Taiwan dan Kanada. Benny menjelaskan, defisit terjadi karena AS memang lebih banyak membutuhkan produk dari Indonesia dibandingkan sebaliknya.
Produk Indonesia yang diimpor oleh AS sebagian besar adalah produk padat karya yang memang lebih efisien jika diproduksi di Indonesia, seperti tekstil dan produk tekstil serta alas kaki.
Selain produk padat karya, produk yang diminati oleh AS adalah buah kakao (cokelat) yang memang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Bahkan, Indonesia tidak mendapatkan privilege tarif seperti pesaing utama Indonesia, Vietnam.
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menampik tudingan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Indonesia telah bertindak curang sehingga membuat neraca perdagangan Negeri Paman Sam defisit. Pekan lalu, Trump menyatakan akan mengevaluasi perdagangan dengan sejumlah negara yang mengakibatkan neraca perdagangan AS defisit.
"Tuduhan itu tidak beralasan. Itu hanya emosi sesaat saja," tutur Ketua DPP GPEI Benny Soetrisno.
Solid Gold