Menurut BI, Indonesia Tak Pantas Dianggap Curang oleh AS | PT Solid Gold Berjangka Pusat
Ross menyatakan dirinya tak melihat ada alasan bagi negara lain untuk mewaspadai perintah eksekutif ini. Namun, jelas terlihat bahwa negara yang dimaksud Rpss sebagai kontributor utama defisit perdagangan AS adalah China.
Beberapa negara yang dikabarkan bakal dipantau oleh AS menurut Ross adalah Jepang, Jerman, Meksiko, dan Irlandia. Negara lainnya adalah Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, dan India. Selain itu, ada pula Thailand, Perancis, Swiss, Taiwan, Indonesia, dan Kanada.
Namun demikian, imbuh Ross, bukan berarti negara-negara tersebut langsung dicap sebagai tukang curang dalam perdagangan.
Ini adalah pertama kalinya pemerintah federal melakukan analisis terhadap apa yang dipandang sebagai praktik tak adil atas perdagangan antar negara dan produk per produk. Laporan ini akan diselesaikan dalam waktu 90 hari.
"Ketika laporan ini selesai dalam 90 hari, maka akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pemerintah," jelas Ross.
Presiden AS Donald Trump pada akhir Maret 2017 lalu menandatangani executive order alias perintah eksekutif terkait identifikasi negara-negara yang dipandang AS melakukan kecurangan perdagangan dengan negara itu. Kabarnya, Indonesia masuk dalam radar AS.
Mengutip NBC News, Kamis (6/4/2017), Menteri Perdagangan Wilbur Ross menyatakan, perintah eksekutif tersebut menyerukan penerbitan laporan besar oleh Departemen Perdagangan dan Perwakilan Perdagangan AS untuk mengidentifikasi kecurangan perdagangan yang berkontribusi pada defisit perdagangan AS.
KADIN: Produk Indonesia Tidak Mudah Masuk Amerika | PT Solid Gold Berjangka Pusat
Sedangkan komoditas utama non-migas yang diimpor dari AS adalah kedelai senilai US$947,2 juta, kapas senilai US$307,1 juta, gandum US$230,8 juta, dan pakan ternak US$211,7 juta.
Selama 2016, total ekspor Indonesia ke AS baik migas dan non-migas senilai US$16,140 miliar dan impor senilai US$7,298 miliar. Maka, terdapat selisih angka US$8,842 miliar yang menjadi surplus kepada Indonesia, tapi defisit terhadap AS.
Dibandingkan pada 2015, surplus Indonesia dengan AS mengalami kenaikan, meski total ekspor Indonesia pada 2016 menurun.
Pada 2015, total produk ekspor Indonesia senilai US$16,240 miliar, sedangkan total impor Indonesia dari AS senilai US$7,593 miliar. Sehingga, diperoleh US$8,647 miliar surplus Indonesia atau defisit bagi AS.
"Saya berkeyakinan kita bisa terus tingkatkan ekspor kita ke AS, asalkan ekspor kita dikawal oleh promotor kita di AS sana, seperti atase perdagangan, ITPC (Indonesian Trade Promotion Centre)," ucapnya.
Dikawal dengan harus melakukan negosiasi tepat dengan Pemerintah AS, agar hambatan dagang yang dihadapi Indonesia bisa terselesaikan. Menyelesaikan masalah hambatan perdagangan seperti ini menurutnya, perlu keterlibatan pemerintah lebih intensif, tidak dapat diselesaikan hanya melalui pengusaha.
Kementerian Perdagangan mencatat, komoditas utama non-migas Indonesia yang diekspor ke AS pada 2016, meliputi tekstil dan produk tekstil (TPT) senilai US$3,82 miliar, karet dan produk karet senilai US$1,63 miliar, berkakas elektronik senilai US$1,45 miliar, alas kaki senilai US$1,29 miliar, lalu produk kayu, pulp dan furnitur senilai US$920 juta.
Ia mencontohkan salah satu komoditas/produk potensial Indonesia masuk ke AS adalah ikan dan produk perikanan. Merujuk pada data Kementerian Perdagangan, AS adalah importir ikan dan produk ikan terbesar dunia dengan persentase 85-90 persen. Pada 2016 nilai impornya mencapai US$14,6 miliar.
Sementara pada 2016, ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia ke sana baru senilai US$1,17 miliar. Angka ini mengalami kenaikan 1,41 persen dari 2015. Jenis ikan dan produk perikanan yang digemari di AS meliputi, udang, tuna, kepiting/rajungan.
Menurutnya, potensi produk Indonesia masuk ke AS masih tinggi, karena aksi Trump lebih sebagai strategi untuk menggaet pasar ekspornya.
"Trump ingin memberikan motivasi kepada pengusaha-pengusaha dalam negerinya. Ayo serbu lagi pasar luar negeri. Dia ingin mengatakan demikian. Bangkit-lah ekonomi AS, bangkit kan enggak mungkin dikonsumsi sendiri, tapi harus dikirim ke luar negeri," ujarnya.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia, Handito Joewono mengatakan, belum ada langkah konkret AS untuk "menekan" keenambelas negara tersebut. Hingga saat ini hambatan perdagangan produk ekspor ke AS masih sama, belum ada perubahan. Tercatat jumlah hambatan non-tarif (Non-Tariff Measures/NTMs) AS sebanyak 4.780, sedangkan Indonesia hanya 272.
"Sejauh ini belum ada perubahan hambatan untuk masuk ke pasar AS, karena memang selama ini sudah tidak mudah untuk masuk ke AS. Tapi, saat ini belum ada perubahan signifikan bersamaan dengan pernyataan Trump itu," katanya kepada VIVA.co.id pada Kamis, 6 April 2017.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuding Indonesia menjadi salah satu negara dari 16 negara penyebab defisit perdagangannya. Meski begitu Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai, pernyataan Trump hanya bagian pencitraan, dan belum ada perubahan kebijakan perdagangan AS terhadap 16 negara tersebut.
Tuduhan Trump Jadi Cermin RI Benahi Defisit Perdagangan | PT Solid Gold Berjangka Pusat
Langkah Trump saat ini untuk AS tak ubahnya bagi Handito yang juga sebagai konsultan strategi bisnis branding dan marketing dari Arrbey Consulting, adalah untuk memberikan pancingan kepastian agar pasar AS di luar negeri terbuka sebanding dengan pasar ekspor yang dibuka AS untuk negara-negara tersebut.
"Logisnya, secara etika, negara lain itu mau memberi barang dari kita, kita harus pastikan mereka juga mau membeli barang kita. Salah satu cara untuk meyakinkannya dengan gaya Trump ini,” kata dia.
“Kita bisa melakukan ini dengan negara-negara yang memberikan defisit besar, seperti China. Kita harus berani lebih ketat kepada China," katanya.
Nilai itu turun menjadi US$12,9 miliar pada 2016. Lalu, Singapura pada 2015 mencapai US$8,9 miliar, turun menjadi US$7,6 miliar.
Kemudian, nilai impor Thailand pada 2015 sebesar US$8,01 miliar, sebelum naik menjadi US$8,6 pada 2016.
Selanjutnya, nilai impor AS ke Indonesia turun dari US$7,5 miliar pada 2015 menjadi US$7,2 pada 2016.
Menilik data tersebut, Handito mengatakan, di tengah kontroversi cara diplomasi Trump, Indonesia jangan terkecoh dan harus fokus dengan langkah menurunkan impor dari beberapa negara yang meningkat, seperti China dan Thailand.
"Kita jangan kalah perang dengan AS (dalam membuka pasar dalam negeri). Enggak perlu musuhin AS sebetulnya," ucapnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ada lima besar negara importir yang mengirim barangnya ke Indonesia, khususnya untuk komoditas non-migas, yaitu China, Jepang, Singapura, Thailand, dan yang kelima Amerika Serikat.
Sepanjang 2016, nilai impor komoditas non-migas dari China meningkat menjadi US$30,6 miliar dari sebelumnya US$29,2 miliar pada sepanjang 2015. Sementara itu, dari Jepang, nilai impor Indonesia pada 2015 tercatat US$13,2 miliar.
Ia mengatakan, meski sebagai negara adidaya, selama ini telah menjadi hal biasa bagi AS mengalami defisit perdagangan. Di bawah kepemimpinan Trump, hal itu kemudian menjadi perhatian luar biasa.
Menurutnya, dari sisi itu patut dicontoh, di tengah persaingan usaha global saat ini. Ia menilai, Indonesia harus mampu lebih lantang lagi untuk memperketat pasar dalam negeri dari gempuran produk impor. Upaya itu sejalan dengan meningkatkan kualitas produk lokal menjadi bertaraf ekspor dan memperluas pangsa pasarnya.
Tuduhan' Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada 16 negara mitra dagangnya yang dikaitkan sebagai penyebab defisit perdagangan dalam negerinya, seharusnya menjadi pengingat bagi Indonesia. Pemerintah bisa mengatur strategi untuk bisa juga mengurangi defisit perdagangan dalam negeri terhadap sejumlah negara.
Hal itu diutarakan oleh Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono. "Ini sebagai pengingat kita untuk meningkatkan ekspor, harus mengurangi defisit perdagangan. Mengembalikan neraca perdagangan kita lebih baik," ujar Handito kepada VIVA.co.id pada Kamis, 6 April 2017.
PT Solid Gold Berjangka