Cadangan minyak AS diproyeksikan turun menjelang musim panas | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Bulan lalu, harga minyak menyentuh level terendah dalam empat bulan, tapi sejak itu berhasil pulih hingga naik delapan persen. Kenaikan ini dipicu oleh optimisme bahwa negara-negara eksportir minyak OPEC dan non-OPEC akan memangkas produksi minyaknya sesuai dengan kesepakatan yang dibuat pada tahun lalu.
Para analis juga mengharapkan penurunan cadangan minyak dunia karena permintaan akan meningkat menjelang musim panas. Data stok produk dan minyak mentah AS diproyeksikan menurun pada minggu lalu, setelah naik selama dua minggu berturut-turut.
Dilansir CNBC, Rabu 5 April 2017, harga minyak mentah internasional, Brent, naik 95 sen atau 1,8 persen menjadi US$54,07 per barel. Pasar menghadapi permintaan beli yang tinggi untuk pertama kali sejak akhir Desember lalu.
Sedangkan harga minyak mentah AS berakhir diperdagangkan lebih tinggi 79 sen atau 1,6 persen di US$51,03 per barel. Kontrak pengiriman minyak Brent dan AS mencetak level tertinggi sejak 8 Maret.
Harga minyak mentah dunia naik pada perdagangan Selasa 4 April 2017, mendekati level tertinggi dalam satu bulan. Harga minyak naik di tengah ekspektasi penurunan cadangan minyak Amerika Serikat.
Harga Minyak Naik karena Produksi di Laut Utara Terhenti | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
"kepatuhan dari OPEC masih memegang peranan dalam mempengaruhi harga minyak dan kami harapkan rilis data pekan depan bisa lebih baik," jelas Direktur Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch.
Sementara itu, stok minyak di AS turun lebih banyak dibanding dengan perkiraan awal pekan lalu. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Petroleum Institute, stok minyak mentah AS turun hingga 1,8 juta barel dibanding perkiraan awal yang hanya sebesar 435 ribu barel saja.
"Stok di AS perlu diawasi dengan ketat karena melakukan produksi secara besar-besaran dalam beberapa pekan terakhir," jelas analis komoditas Commerzbank, Carsten Fritsch.
Terdapat beberapa sentimen yang mendorong harga minyak kembali naik pada perdagangan hari ini. Sentimen terbesar pertama adalah adanya penghentian sementara produksi minyak di Lapangan Buzzard di Laut Utara yag memproduksi minyak mentah kurang lebih 180 ribu barel per hari.
Lapangan minyak tersebut saat ini sedang ada perbaikan di terminal pengolahan darat. Kemungkinan lapangan tersebut bisa beroperasi normal dalam dua hari mendatang.
Sentimen lain yang menggerakkan harga minyak adalah kepatuhan dari negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa produsen dalam menjalankan kesepakatan pengendalian produksi.
Harga minyak menguat pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Terdapat beberapa penyebab kenaikan harga minyak tersebut, salah satunya adalah penghentian produksi di Laut Utara.
Mengutip Reuters, Rabu (5/4/207), harga minyak jenis Brent dalam perdagangan berjangka naik US$ 1,05 atau 2 persen dan menetap di US$ 54,17 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 79 sen atau 1,6 persen dan menetap di angka US$ 51,03 per barel.
Kedua harga minyak membukukan nilai tertinggi dalam sebulan terakhir. Harga minyak sempat tertekan di bulan lalu tetapi mulai merangkak naik kembali dalam beberapa hari terakhir.
Produksi di Laut Utara Terhenti, WTI Ditutup Rebound Tajam | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Analis UBS Giovanni Staunovo menyatakan OPEC membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk memperketat pasar minyak, namun data terakhir menunjukkan proses yang sedang berlangsung saat berjalan dengan baik.
“Kami yakin pelaksanaan pemangkasan produksi akan memicu pengurangan pada persediaan minyak OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dan oleh karenanya harga minyak akan lebih tinggi,” ujar Staunovo.
Harga minyak Brent pun diharapkan akan naik melampaui US$60 per barel dalam tiga bulan ke depan.
Baik harga minyak WTI dan Brent berakhir melemah pada perdagangan sebelumnya akibat tertekan oleh rebound pada produksi minyak di Libya.
Di sisi lain, berdasarkan data American Petroleum Institute, jumlah stok minyak mentah AS turun 1,8 juta barel pada pekan lalu, lebih besar dari perkiraan para analis dengan penurunan sebesar 435.000 barel.
Badan informasi energi AS Energy Information Administration (EIA) akan merilis datanya hari ini.
“Stok produk AS perlu benar-benar dipantau, mengingat penurunannya dalam jumlah besar beberapa pekan terakhir,” ujar Carsten Fritsch, analis komoditas Commerzbank di Frankfurt, seperti dikutip dari Reuters (Rabu, 5/4/2017).
Meski demikian, jumlah persediaan minyak mentah global terlihat tetap tinggi.
Harga minyak WTI kontrak Mei 2017 ditutup menguat tajam 1,57% atau 0,79 poin ke US$51,03 per barel, setelah dibuka stagnan di posisi 50,24.
Patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Juni 2017 turut berakhir melesat 1,98% atau 1,05 poin ke US$54,17, setelah dibuka dengan kenaikan 0,11% atau 0,06 poin di posisi 53,18.
Di Laut Utara, produksi minyak mentah dari ladang minyak Buzzard di Inggris sebesar 180.000 barel per hari (bph) untuk sementara dihentikan saat dilakukan perbaikan pada terminal pengolahan onshore.
Pergerakan harga minyak mentah berakhir dengan rebound tajam ke kisaran level tertingginya dalam satu bulan pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ditopang oleh penghentian produksi yang tak terencana di Laut Utara serta ekspektasi penurunan pada jumlah persediaan produk dan minyak mentah AS.
PT Solid Gold Berjangka