Rio Dewanto menyatakan bahwa pemerintah harus turun tangan menyelesaikan konflik antara petani dengan perusahaan perkebunan luar negeri | PT Solid Gold Berjangka
Rio memang tak ingin main-main. Ia ingin terjun langsung kepada masyarakat Langkat yang karena kejadian tersebut harus mengalami tekanan mental. Jika dimungkinkan, maka suami Atiqah Hasiholan ini siap berangkat ke sana.
"Jika diizinkan dan diperlukan, saya bersedia datang ke Langkat, Sumatera Utara. Karena dari kejadian ini dari aspek psikologi dan mental mereka sudah turun. Saya ingin melihat langsung kondisi di sana seperti apa," tukas Rio Dewanto.
"Kalau pemerintah selalu bersikap seperti ini, negara kita lama-lama akan hancur. Ini nggak kayak di ibukota yang bisa langsung viral. Saya berharap berita ini bisa tersebar luas, agar konflik ini bisa berkurang," ujarnya.
Ditambah lagi ketika adanya aparat yang justru melakukan tindak represif terhadap para petani yang membela tanah sebagai lahan mata pencaharian. Rio pun mengajak praktisi hukum untuk bergabung dengannya.
"Kemarin ada konflik agraria yang melibatkan petani dengan tindakan represif dari aparat. Saya mengajak praktisi hukum untuk mengawal kasus ini. Itu tindakan represif yang terlalu berlebihan. Dibanding dengan petani, aksi mereka sangat represif," tuturnya.
Ia dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah harus turun tangan menyelesaikan konflik atau sengketa antara petani dengan ekspansi perusahaan perkebunan luar negeri. "Saya ingin sekali jika pemerintah lebih berpihak pada petani kita. Kalau gak ada petani, kita gak bisa makan," kata Rio Dewanto di Filosofi Kopi, kawasan Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (29/11).
Kasus penggusuran lahan petani di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara mendapatkan perhatian banyak pihak. Mereka umumnya membela kaum petani negeri dalam kasus tersebut. Rio Dewanto misalnya.
Upaya keras Rio Dewanto untuk menjadi tentara | PT Solid Gold Berjangka
Rencananya, Pasukan Garuda: I Leave My Heart In Lebanon akan tayang pada 15 Desember. Bulan ini, mereka akan menghadapi persaingan ketat dari film lokal lain. Ada Surga yang Tak Dirindukan 2, dirilis pada tanggal yang sama, serta sesama film aksi yaitu The Professionals pekan berikutnya.
Namun, yang paling berat untuk Pasukan Garuda tampaknya adalah Headshot, film laga yang dibintangi Iko Uwais, Julie Estelle, dan Chelsea Islan. Headshot tayang sepekan sebelum Pasukan Garuda.
Menghadapi persaingan ini, Rio tak mau ambil pusing. "Menurut saya kita nggak usah berkompetisi lah," ujar lelaki kelahiran Jakarta ini. Ia mengaku, bahkan sempat mencuit mengenai Headshot dalam akun jejaring sosialnya.
"Saya malah mendorong penggemar film untuk menabung buat bulan Desember, biar bisa nonton berbagai film lokal yang bakal tayang di bulan itu," tutup Rio.
Menurut saya, prajurit TNI itu salah satu yang terbaik di dunia. Tapi, gaji mereka kok kecil ya?" ujar Rio.
Ia benar, pendapatan para prajurit Merah Putih memang kecil, dibandingkan oleh beberapa negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura.
Dinukil dari Tempo (6/10/2015), gaji tentara berpangkat Letnan Satu di Malaysia mencapai Rp7,8 juta dengan kurs 1 Ringgit saat itu sama dengan Rp3.300 (kini 1 Ringgit sama dengan sekitar Rp3.100, red.). Padahal mereka yang berpangkat Letnan Satu di Indonesia hanya memiliki gaji pokok Rp4,4 juta.
Menurut Rio, jadi prajurit adalah sebuah prestasi karena mereka membela negara, jadi seharusnya pemerintah memperhatikan kelayakan hidup para tentaranya.
Setiap hari, mereka harus melakukan bootcamp, latihan dasar bagi para personel baru. Selama perekrutan tentara, instruktur mereka bakal melakukan apa saja untuk mendorong tentara baru hingga ke batas fisik dan mental mereka.
Rio juga harus lari tiga kali sehari; pagi, siang, dan malam. Sekali lari, jarak yang ditempuh bisa mencapai 10-15 kilometer. Apalagi Rio dan kawan-kawan harus membawa perlengkapan seperti pelindung kepala dan senjata.
"Berat helm sekitar tiga kilogram, kalau senjatanya enam kilo," jelas suami aktris Atiqah Hasiholan ini.
"Tentara betulan lebih berat lagi bebannya," tambah Rio. Namun, ini tak berarti Rio kurang digembleng. "Secara mental kami juga dibentuk untuk menjadi prajurit. Tidur saja sampai susah. Karena tiba-tiba bisa ada alarm peringatan," jelas aktor Filosofi Kopi (2015) ini.
Mengapa Rio rela bersusah payah memerankan tentara dalam film yang diproduksi TeBe Silalahi Pictures dan Artha Graha Peduli ini? Rupanya ia merasa bahwa nasib tentara negeri ini masih memprihatinkan.
Aktor Rio Dewanto bakal berperan sebagai tentara dalam film terbarunya yakni Pasukan Garuda: I Leave My Heart In Lebanon. Pasukan Garuda, alias Kontingen Garuda, bukan sembarang tentara.
Mereka adalah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di negara lain. Bagaimana persiapan Rio agar bisa tampil meyakinkan sebagai Kapten Satria, anggota Pasukan Garuda yang dikirim untuk bertugas di Lebanon?
Tentu saja persiapannya sangat berat. "Saya bisa merasakan bahwa jadi prajurit itu tidak mudah," ujar Rio saat ditemui Beritagar.id di kedai Filosopi Kopi, Melawai, Jakarta Selatan (29/11/2016).
Setelah persiapan fisik selama sebulan, aktor berusia 29 tahun ini digembleng betul-betul laiknya tentara betulan di Batalion Infantri 328, Cilodong. Meski penggemblengan itu hanya lima hari, namun jelas berat dan tak mudah bagi Rio dan lawan mainnya yang bersama-sama memerankan tentara.
Ketemu Tentara Lebanon saat Syuting, Kata Rio Dewanto : Selalu Dikasih Kopi dan Biskuit! | PT Solid Gold Berjangka
Dalam misinya di Lebanon, Kontingen Garuda XXIII tidak saja mencegah konflik dua negara yang sedang berselisih, tetapi juga memberikan bantuan sosial kepada warga setempat.
Film yang mengambil lokasi syuting di Indonesia dan Lebanon itu menyampaikan pesan, bangsa Indonesia melalui Kontingen Garuda XXIII dapat mengukir prestasi dalam forum internasional dan dicintai bukan saja oleh bangsa sendiri tetapi juga bangsa lain.
"Dari KBRI sana membantu. Di sana banyak pos-pos tentara. Kita enggak bisa di sana asal ambil gambar. Kami menjaga sikaplah," pungkas Rio.
Rio bersama Yama Carlos dan sejumlah aktor lainnya berada di Lebanon dalam rangka syuting film terbaru mereka, "I Leave My Heart in Lebanon".
Film itu mengisahkan tentang kiprah pasukan TNI saat bertugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB.
Keduanya menjadi anggota Kontingen Garuda XXIII yang akan ditugaskan di Lebanon.
Rio mengaku terkesan dengan keramahan tentara di sana.
"Kalau kita lagi syuting, selalu dikasih kopi, biskuit. Banyak gitu jumlahnya. Ya walaupun terkendala secara bahasa. Suka susah berkomunikasi," ujar Rio, Selasa
(29/11/2016).
"Mereka sangat 'welcome'. Saat tahu, 'dari Indonesia', wah mereka antusias," imbuh dia.
Bertemu tentara Lebanon saat menjalani syuting film di negara itu menjadi pengalaman baru aktor Rio Dewanto.