Posted by PT Solid Gold Berjangka News on Senin, 27 Februari 2017
Gabah petani yang dibeli tengkulak gantungan harganya lebih murah | PT Solid Gold Berjangka
Biasanya yang buru-buru menjual gabah pada saat awal panen padi itu para buruh tani atau tenaga penderep yang mendapatkan upah gabah sebesar 20 persen dari hasil panen. Pembelian gabah dari para buruh tani itu dilakukan para tengkulak. Sementara Dolog Indramayu, sampai Senin (27/2/2017) belum terlihat aktifitasnya membeli gabah untuk kegiatan pengadaan pangan.
Tengkulak gabah di Indramayu terlihat sibuk berkeliling desa. Banyak juga bermunculan tengkulak gabah kecil-kecilan biasa disebut tengkulak gantungan. “Disebut tengkulak gantungan karena tengkulak itu mempunyai ciri menggantungkan dacin atau timbangan gabah di tepi jalan yang bakal dilalui para buruh penderep saat pulang kerja,” kata Karman, 48.
Dikatakan, gabah petani yang dibeli tengkulak gantungan itu harganya lebih murah. “Sebab modalnya hasil pinjaman dari tengkulak besar. Tengkulak gantungan menjual kembali gabah itu kepada tengkulak besar. Makanya harganya lebih murah,” ujar Karman.
Pemantauan Pos Kota, Senin (27/2/2017), panen padi lebih awal ini dikeluhkan para petani. Sebab panen padi itu langsung disambut tengkulak dengan menurunkan harga beli gabah dari para petani. Harga gabah sebelumnya Rp5.500 per Kg memasuki panen turun tajam menjadi hanya Rp3.300 per Kg.
Anjloknya harga jual padi itu membuat para petani, terutama pemilik sawah malas menjual gabah hasil panen. Mereka lebih memilih menyimpan gabah hasil panennya di gudang atau kamar rumah yang disulap menjadi tempat menyimpan gabah. “Biarlah kita simpan dahulu gabahnya. Nanti kalau harganya sudah stabil sekitar Rp4.500 atau Rp5.000 per Kg baru kita jual,” kata Taryim, 48 petani di Kecamatan Gantar.
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sejak beberapa hari terakhir ini mulai panen padi Musim Tanam (MT) Rendeng. Panen padi itu waktunya tidak merata. Hanya beberapa kecamatan di wilayah Selatan Indramayu, seperti Kecamatan Gantar, Terisi dan Cikedung yang sudah panen lebih awal.
Petani Lombok Keluhkan Rendahnya Harga Gabah | PT Solid Gold Berjangka
Kalau karena cuaca, kita tahu harga gabah pasti turun dan kita paham hal itu," lanjut dia.
Ia menjelaskan, curah hujan di daerah sekitar memang berlangsung beberapa waktu lalu dan berakibat turunnya harga gabah. Namun, sepuluh hari terakhir, hujan sudah tak lagi melanda wilayah tersebut, namun harga masih tidak juga menanjak.
"Ini sudah sepuluh hari cuaca cerah tapi harga masih rendah, bahkan mau turun lagi," terangnya. Ia berharap pemerintah menemukan jalan keluar atas persoalan ini.
Sekarang harganya Rp 385 ribu per kuintal, bahkan mau turun lagi," ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (27/2).
Pria berusia 42 tahun ini mengatakan, normalnya harga gabah usai masa panen itu berkisar di angka Rp 400 ribu sampai Rp 425 ribu per kuintal. Ia mengaku heran dengan penurunan harga gabah kali ini. Menurutnya, menjadikan faktor cuaca sebagai penyebab penurunan harga gabah kurang bisa ia terima.
Anjloknya harga gabah dikeluhkan sejumlah petani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seorang Petani di Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Sirajuddin mengatakan anjloknya harga gabah sudah mulai terasa sejak dua pekan terakhir.
Bulog Bantah Harga Gabah Ditingkat Petani Anjlok | PT Solid Gold Berjangka
Dari hasil pantauan tersebut, pihaknya mengaku juga tidak mendapati adanya petani yang menjual gabah kisaran harga Rp 2.800 atau Rp 2.400.
Sehingga dia memastikan jika harga gabah di tingkat petani lebih dari Rp 3 ribu, sebagaimana ketentuan harga gabah yang berlaku.
"Harga gabah itu harus lebih dari HPP (Harga Pokok Penjualan), kalau sekarang HPP gabah kering sudah 3.750 untuk tingkat petani," jabarnya.
Memang di sana itu ada petani yan tidak jual (gabah buat disimpan), tapi itu karena jumlah gabah sedikit dan juga karena padi kena hama patah leher," tambahnya.
Karena terjangkit hama tersebut, gabah yang dihasilkan petani tidak hanya kualitasnya menurun, tapi juga jumlah gabah yang dipanen menurun drastis.
Sebab itu, banyak warga yang kemudian memilih menyimpan gabahnya.
Menurut dia, pihaknya telah mengecek petani di Pundong, Bantul, yang mengeluhkan harga gabah anjlok.
Sesampainya di sana petugas Perum Bulog memang mendapati harga gabah turun, tapi hal itu diakibatkan padi terserang hama sehingga kualitasnya menurun.
"Kami sudah klarifikasi di lapangan, hasilnya harga gabah bukan anjlok," ujarnya, Minggu (26/2/2017).
Kepala Seksi (Kasi) Umum dan Humas Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Yudha Ajipribawa menyebut jika saat ini tidak ada harga gabah anjlok di wilayah DIY, termasuk Bantul.
Satgas inilah yang disebar ke pelosok-pelosok untuk membeli gabah langsung dari petani.
Yudha mengklaim jika satgas tersebut kini sudah berjalan, sehingga diharapkan nantinya tidak ada lagi petani yang mengeluhkan harga gabah dibeli dibawah ketentuan standar.
"Kami berharap tidak ada lagi harga gabah anjlok," ujarnya. "Kalau sekarang kebetulan daerah sergap kami di Bantul," tambalnya.
Sebab itu, pihaknya meminta agar petani tak lagi menjual gabah ke tengkulak, tapi langsung ke bulog.
"Petani itu harus mendapatkan harga yang wajar. Kalau yang namanya tengkulak itu memang harus dihindari," sebutnya.
Kini pihak Perum Bulog DIY sendiri menurut dia sudah menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Pengadaan Gabah.
"Aturan HPP ini berlaku untuk Gabah Kering Panen (GKP), dengan kadar air di bawah 25 persen," imbuhnya.
Bentuk Satgas
Walaupun membantah harga gabah tingkat petani di DIY turun, Yudha mengakui memang sangat mungkin gabah petani dibeli di bawah ketentuan HPP.
Itu bisa saja terjadi jika petani menjual gabah ke tengkulak, karena karakteristik tengkulak yakni membeli gabah serendah-rendahnya.