Pertagas siapkan konverter kit, Pertamina siapkan SPBG | PT Solid Gold Berjangka Pusat
Selain di SPBG Cililitan, lanjut Wianda, Pertamina telah mengoperasikan 34 unit SPBG termasuk tujuh Mobile Refueling Unit (MRU) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Palembang, Semarang, dan Balikpapan.
Belum termasuk tambahan SPBG yang masih dalam tahap pembangunan.
Dengan investasi Pertamina dan penugasan baru dari pemerintah, total SPBG yang akan dikelola Pertamina pada 2017 akan mencapai 53 unit. Hal tersebut menurut dia, akan semakin memudahkan masyarakat memanfaatkan energi ramah lingkungan ini untuk bahan bakar kendaraannya.
“Sebagai bahan bakar alternatif, CNG dapat digunakan untuk mesin Otto yang berbahan bensin dan mesin diesel yang berbahan solar. Selain lebih bersih dari bensin dan solar, emisi gas buang CNG sangat ramah lingkungan,” ujar Wianda.
Ia melanjutkan, Pertamina berkomitmen kuat melaksanakan penugasan pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM dalam program konversi BBM ke BBG yakni pembangunan infrastruktur BBG.
Untuk mempercepat konversi tersebut, lanjut dia, Pertamina menempatkan MRU di tujuh titik lokasi strategis yang terintegrasi dengan jalur-jalur angkutan umum dan tidak terjangkau oleh infrastruktur gas.
Adapun masing-masing unit MRU memiliki ukuran 20 ft dengan kapasitas storage sekitar 1800 Lsp.
Setiap MRU terdiri atas satu unit storage dan satu kompresor untuk pengisian BBG CNG ke kendaraan konsumen.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegro mengatakan, sebagai anggota APCNGI, Pertamina mengambil bagian terdepan dalam NGV.
Adapun dipilihnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Cililitan sebagai end point dari konvoi kendaraan berbahan baku CNG itu, tentu dimaksudkan untuk menunjukkan kepada publik bahwa Pertamina siap memasok BBG CNG.
”SPBG yang dibangun sejak Agustus 2015 ini telah melayani konsumen BBG di kawasan Jakarta Timur dan sekitarnya.
Momentum tepat untuk menunjukkan kualitas produk dan tempat pengisiannya,” kata Wianda.
Program tersebut juga merupakan komitmen PT Pertagas kepada Pemprov DKI Jakarta untuk membantu menyediakan kendaraan umum yang ramah lingkungan.
Menurut Toto, melalui konversi dari BBM ke BBG ini diharapkan mampu menarik lebih banyak lagi perusahaan penyedia angkutan umum yang beralih ke BBG.
Penyerahan konverter kit ini dilangsungkan di akhir acara CNG Station Site Tour & Natural Gas for Vehicles (NGV) Road Show yang menjadi rangkaian acara rutin tahunan Asia Pacific Natural Gas Vehicle Association (ANGVA) 2017 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia (APCNGI).
Dalam mendukung penggunaan energi bersih, PT Pertamina Gas memberikan bantuan konverter kit bagi kendaraan umum yang beroperasi di DKI Jakarta.
"Ini salah satu program kami dalam rangka ikut mendukung program konversi BBM (bahan bakar minyak) ke BBG (bahan bakar gas)," kata Presiden Direktur PT Pertagas Gas, Toto Nugroho, dalam keterangannya, Selasa 14 Maret 2017.
Sebanyak 22 unit kendaraan umum dari beberapa trayek di bawah koordinasi Organisasi Angkutan Darat Jakarta di antaranya Senen - Pulo Gadung (M37), Kampung Melayu - Pulo Gadung (M02), serta Pulo Gadung - Kota (M53) telah rampung dipasangi konverter kit.
Trayek tersebut dipilih lantaran melintasi SPBG milik Pertamina.
"Diharapkan kebutuhan bahan bakar gasnya bisa langsung terpenuhi," ujar Toto.
Penggunaan Bahan Bakar Gas Minim karena Masalah Infrastruktur | PT Solid Gold Berjangka Pusat
Saat ini , pengguna BBG masih sebatas di kendaraan umum seperti bajaj atau bus Transjakarta, sedangkan kendaraan pribadi masih jarang memakai BBG. Bahkan untuk bus Transjakarta jumlahnya hanya 4.000 unit.
Atas dasar itu, menurut Jonan, kampanye konversi BBM ke gas masih setengah pura-pura. “Ini terlalu kecil. Program ini dianggap sukses kalau private users akan pakai,'' kata Jonan di Jakarta, Selasa (14/3).
Dengan mewajibkan penjualan BBG di SPBU, harapannya akan lebih terjangkau dan memudahkan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan gas alam di dalam negeri juga meningkat.
Saat ini produksi hariannya mencapai 1,4-1,5 juta barel setara minyak per hari (bph). Jika program konversi gas jalan maka jatah gas untuk domestik atau Domestik Market Obligation (DMO) bisa terserap 100 persen.
Saat ini , pengguna BBG masih sebatas di kendaraan umum seperti bajaj atau bus Transjakarta, sedangkan kendaraan pribadi masih jarang memakai BBG. Bahkan untuk bus Transjakarta jumlahnya hanya 4.000 unit.
Atas dasar itu, menurut Jonan, kampanye konversi BBM ke gas masih setengah pura-pura. “Ini terlalu kecil. Program ini dianggap sukses kalau private users akan pakai,'' kata Jonan di Jakarta, Selasa (14/3).
Dengan mewajibkan penjualan BBG di SPBU, harapannya akan lebih terjangkau dan memudahkan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan gas alam di dalam negeri juga meningkat.
Saat ini produksi hariannya mencapai 1,4-1,5 juta barel setara minyak per hari (bph). Jika program konversi gas jalan maka jatah gas untuk domestik atau Domestik Market Obligation (DMO) bisa terserap 100 persen.
Saat ini , pengguna BBG masih sebatas di kendaraan umum seperti bajaj atau bus Transjakarta, sedangkan kendaraan pribadi masih jarang memakai BBG. Bahkan untuk bus Transjakarta jumlahnya hanya 4.000 unit.
Atas dasar itu, menurut Jonan, kampanye konversi BBM ke gas masih setengah pura-pura. “Ini terlalu kecil. Program ini dianggap sukses kalau private users akan pakai,'' kata Jonan di Jakarta, Selasa (14/3).
Dengan mewajibkan penjualan BBG di SPBU, harapannya akan lebih terjangkau dan memudahkan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan gas alam di dalam negeri juga meningkat.
Saat ini produksi hariannya mencapai 1,4-1,5 juta barel setara minyak per hari (bph). Jika program konversi gas jalan maka jatah gas untuk domestik atau Domestik Market Obligation (DMO) bisa terserap 100 persen.
Jonan Target 5.000 Dispenser Bahan Bakar Gas Terpasang di SPBU | PT Solid Gold Berjangka Pusat
Jumlah SPBU di seluruh Indonesia, kata dia, sekitar 5.000. Ia menargetkan dalam enam bulan hingga 18 bulan ke depan harus dipasang dispenser gas di SPBU. "Kalau itu bisa, nanti mungkin dalam 1-2 tahun akan ada 5.000 dispenser," ujarnya.
Ia optimistis industri otomotif pasti mendukung penggunaan BBG. Selama menjadi Menhub Jonan pernah terlibat diskusi seputar rencana penggunaan gas di sektor transportasi.
"Kalau ini bisa jalan, saya kira Gaikindo dan Auto Industry akan mendukung. Dua tahun pak SS (Sudirman Said/mantan menteri ESDM) ajak saya pertemuan dengan Gaikindo dengan astra Internasional. Gaikindo bilang kalau ada pompa gasnya, kita akan push," ujar Jonan.
Ia menegaskan salah satu tantangan target penggunaan BBG adalah harganya. Menurut Jonan jika harga gas transportasi lebih tinggi dari BBM, maka minatnya bakal berkurang.
"Satu tantangan lagi adalah konversi. Yang penting harganya lebih menarik dibandingkan BBM biasa. Kalau lebih tinggi dari Premium Ron 88, mungkin orang nggak minat," tuturnya.
Menurutnya, Indonesia bisa memproduksi gas dengan volume yang besar. Produksi gas Indonesia per harinya sekitar 1,4 sampai 1,5 juta BOEPD (Barel oil equivalent per day).
Jonan mengakui penyebab lambatnya penggunaan gas di sektor transportasi dari berbagai macam sektor. Ia memilah dari minimnya stasiun BBG, industri otomotif, dan dari kebijakan pemerintah. "Kadang-kadang pemerintah bikin sesuatu sebagai pionir tapi nggak dirancang dengan baik," tuturnya.
Dia mengatakan pihaknya akan membahas realisasi BBG dalam satu atau dua pekan ke depan. Pembahasan itu salah satunya tentang peraturan yang mewajibkan setiap SPBU memasang dispenser BBG. "Mudah-mudahanan akan ada Permen kewajiban bahwa setiap SPBU harus punya satu dispenser gas jadi gampang," ujar Jonan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengakui kampanye penggunaan bahan bakar gas (BBG) di Indonesia berjalan lamban. Karena itu, Kementerian ESDM akan mewajibkan adanya dispenser gas di setiap SPBU dengan target 5.000 unit terpasang kurang dari dua tahun.
"Waktu saya di transportasi (Kementerian Perhubungan), saya dengar banyak mau ganti gas untuk BBM, tapi jalannya menurut saya pelan sekali, " tutur Mantan Menteri Perhubungan ini dalam diskusi penggunaan gas alam di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (14/3).
Dia menilai perubahan bahan bakar minyak menjadi BBG akan membuat biaya lebih murah. Selain itu, penggunaan BBG merupakan komitmen pemerintah untuk ikut menanggulangi perubahan iklim.
Solid Gold