BRI dan BCA kompak menilai bahwa pengetatan likuiditas bakal membatasi pergerakan bank | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
BCA optimistis ekonomi akan membaik sehingga kredit bisa dipacu tumbuh 8%-9% pada tahun ini. "Ke depan, kami akan meningkatkan pendapatan non bunga untuk menjaga pertumbuhan laba bersih," kata Jahja.
Sementara BRI menargetkan laba bersih tumbuh 3%-5% dengan meningkatkan pendapatan bunga. Bank ini akan memacu kredit hingga tumbuh 12%-14% di akhir 2017.
Meski demikian, BRI dan BCA kompak menilai bahwa pengetatan likuiditas bakal membatasi pergerakan bank sehingga bisa mengganjal target tersebut. Menurut Jahja, likuiditas saat ini belum cukup untuk mendanai kredit jangka panjang seperti infrastruktur. Dus, BCA dan BRI kompak meminta pelonggaran aturan rasio giro wajib minimum (GWM) agar meraih obat kuat likuiditas.
Sementara bank swasta masih seret. Kredit BCA, semisal, hanya tumbuh 9,4%. Sementara Bank Permata menahan diri menyalurkan kredit karena fokus bersih-bersih kredit macet.
Mesin pertumbuhan laba BRI yakni kredit yang tumbuh 16,40%. Alhasil, pendapatan bunga bersih naik 12,72% menjadi Rp 17,2 triliun.
"Kenaikan kinerja didorong oleh pertumbuhan kredit diatas rata rata dan kenaikan fee based income," ujar Suprajarto, Direktur Utama BRI, Kamis (20/4). Di kuartal I, fee based BRI melompat 29,3% jadi Rp 2,5 triliun.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan, kenaikan laba bersih karena pendapatan non bunga tumbuh tinggi sebesar 12,2% menjadi Rp 3,43 triliun. Namun, perlambatan pertumbuhan kredit membuat BCA hanya mencetak kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3,1% menjadi Rp 10,07 triliun per akhir Maret 2017.
Bernasib lebih baik, Bank Central Asia (BCA) mencetak laba Rp 5 triliun per akhir kuartal I-2017, naik 10,7% secara tahunan. Dari lima bank besar yang sudah merilis laporan keuangan, Bank Tabungan Negara (BTN) termasuk mencetak pertumbuhan laba tinggi yakni naik 21% .
Laba Bank Permata juga melesat hingga sebesar 220% karena tertolong turunnya pencadangan kredit sebesar 57% menjadi Rp 670 miliar pada kuartal I-2017.
Meski laba belum mampu tumbuh tinggi, bisnis inti bank masih melaju kencang. Dari sisi kredit, bank pelat merah (BUMN) memang mampu mencetak pertumbuhan lebih tinggi karena tertolong proyek pemerintah.
Kendati penyaluran kredit belum bisa ngebut, bank-bank papan atas masih bisa memanen laba di masa awal tahun ini. Kuartal I-2017 lalu, sejumlah bank besar masih mencatatkan pertumbuhan laba dengan salah satu penopang utamanya pendapatan berbasis komisi.
Tengok saja rapor kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Central Asia (BCA) yang terbit Kamis (20/4). Sepanjang tiga bulan pertama di tahun ini, BRI mencetak kenaikan laba sebesar 5,5% menjadi Rp 6,47 triliun.
Kredit Bermasalah BCA Meningkat Tipis | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
“NPL awal tahun ini muncul dari bisnis yang berkaitan dengan tambang. Setelah itu tersebar di berbagai sektor lainnya yang melemah sebagai imbas dari pelemahan perekonomian,” tuturnya.
Kendati demikian, dia menekankan rasio NPL BCA masih berada di bawah rata-rata industri perbankan yang berada pada kisaran 3% dan dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima.
Pada kuartal I/2017 BCA membukukan cadangan kredit sebesar Rp12,2 triliun, meningkat 29,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, rasio cadangan kredit bermasalah tercatat sebesar 203,3%.
Sementara itu, posisi permodalan dan likuiditas BCA tetap terjaga dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar 23,1% dan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio – LFR) sebesar 75,1% per 31 Maret 2017.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pemburukan kualitas kredit pada tiga bulan pertama tersebut lantaran adanya peningkatan kredit yang berpindah kategori kolektabilitas 2 atau perlu mendapat perhatian khusus (special mention).
“Ada pergeseran dari yang tadinya ada di kategori 2 menjadi ke kategori 3, 4 dan 5,” katanya dalam jumpa pers Paparan Kinerja Kuartal I / 2017 di Jakarta, Kamis (20/4/2017).
Direktur Bisnis Korporasi BCA Rudy Susanto menambahkan kontributor kenaikan NPL yang tertinggi adalah sektor pertambangan.
Di tengah upaya menjaga kualitas penyaluran kredit, PT Bank Central Asia Tbk. mencatatkan peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada kuartal I/2017 baik secara year to date maupun year to year.
Pada akhir Maret 2017, rasio kredit bermasalah (NPL) gross BCA tercatat berada di level 1,5%, meningkat dari posisi Maret 2016 lalu yang berada di level 1,1% maupun dari posisi akhir Desember 2016 sebesar 1,3%.
Direktur BCA Akui Sulit Garap Segmen UKM | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi mengatakan, pasar besar segmen UKM memang milik PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Meski ada beberapa kompetitor di segmen ini seperti Bank Danamon dan BTPN namun BRI masih menjadi pemain teratas (top player). "Sementara kalau korporasi bukan segmen tepat untuk BRI," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis, (20/4).
Ia menambahkan, luasnya jaringan yang didukung dengan BRI Satelit menjadi keunggulan BRI dalam menggarap sektor UKM dibandingkan bank lain.
Pada akhir Maret, kredit konsumer BCA tumbuh 9,4 persen yoy menjadi Rp 111,7 triliun didukung oleh pertumbuhan di semua produk. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 10,4 persen yoy menjadi Rp 66,1 triliun dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 7,3 persen yoy menjadi Rp 35,1 triliun. Untuk total kartu kredit, pada kuartal pertama tahun ini tumbuh Rp 10,5 triliun atau tumbuh 10,7 persen yoy.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengaku, memang tidak mudah bagi BCA untuk menggarap sektor UKM. "Ini paling berat karena hampir 120 bank di Indonesia ngerjain UKM. Jadi kebayang gimana tingginya persaingan penawarannya ke nasabah," jelasnya kepada wartawan, Kamis, (20/4).
Ia menuturkan, persaingan di kredit segmen UKM cukup berat. Pasalnya beberapa bank menawarkan suku bunga rendah dengan jaminan mudah. "Kalau kita nggak bisa begitu, karena kita terus jaga kualitas kreditnya. Hal itu yang membuat kita sulit bersaing di sektor ini," tambahnya.
Jahja menambahkan, persaingan penyaluran kredit di segmen korporasi dan konsumer lebih ringan karena hanya sekitar 10 sampai 12 bank di Indonesia yang menggarap sektor tersebut.
Pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan kredit PT Bank Central Asia (BCA) mencapai 9,4 persen year on year (yoy). Dengan begitu menjadi Rp 409 triliun dibandingkan posisi sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 373,7 triliun.
Hal itu berkat kontribusi dari kredit korporasi yang tumbuh hingga 17,9 persen yoy pada kuartal I 2017 menjadi Rp 152,6 triliun. Hanya saja kredit komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) hanya tumbuh 1,7 persen yoy menjadi Rp 144,7 triliun.