Nilai ekspor dari berbagai produk unggulan daerah pada 2017 bisa mencapai 7,3 miliar dolar AS | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Kemudian nilai impor Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota pada 2016 tercatat 0,938 miliar dolar AS atau turun 32,42 persen dibandingkan 2015, lanjutnya dalam rapat paripurna DPRD setempat yang dipimpin Pelaksana tugas ketuanya H Muhaimin.
Namun dari perbandingan nilai ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan Kalsel Januari - Desember 2016 itu mengalami surplus sebesar 4,37 miliar dolas AS.
"Surplus neraca perdagangan 2016 tersebut lebih besar dibandingkan dengan neraca perdagangan Januari - Desember 2015 yang hanya surplus 4,25 miliar dolar AS," katanya.
Pada 2015, kata dia, ekspor Kalsel minus sekitar 25 persen dari target yang ditetapkan, dan pada 2016, kendati masih minus tetapi turun menjadi hanya 5 persen, diharapkan pada 2017 ini, pendapatan ekspor bisa mencapai lebih dari target yang ditetapkan.
Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor mengatakan, nilai ekspor dan impor Kalsel 2016 mengalami penurunan masing-masing 6,02 persen dan 32,42 persen bila dibandingkan dengan 2015.
Nilai ekspor asal daerahnya pada 2016 sebesar 5,30 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau turun 6,02 persen dibandingkan 2015, ujarnya dalam penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Kepala Daerah setempat tahun anggaran 2016 di Banjarmasin.
Optimisme tersebut, tambah dia, didukung dengan data pada triwulan pertama nilai ekspor Kalsel telah mencapai 48 persen dari target yang ditentukan.
Pencapaian tersebut, tambah dia, merupakan tanda bahwa ke depan ekspor Kalsel akan terus meningkat, apalagi hingga kita harga batu bara dunia masih terus membaik.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan optimistis nilai ekspor dari berbagai produk unggulan daerah pada 2017 bisa mencapai 7,3 miliar dolar AS.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gusti Yasni Iqbal di Banjarmasin Sabtu mengatakan, membaiknya harga berbagai komoditas ekspor, terutama batu bara dan CPO membuat ekspor Kalsel kembali bergairah.
"Saya optimistis 2017, kita bisa mencapai target nilai ekspor hingga 7,3 miliar dolar AS, mengingat saat ini harga berbagai komoditas unggulan Kalsel terus membaik," katanya.
Upah Minimum Sudah Jadi Komoditas Politik | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Pengusaha, Hariyadi mengakui khawatir pemerintah pusat dan daerah akan terus larut dalam dinamika politik di Indonesia akhir-akhir ini. "Harusnya peserta yang datang ke acara ini banyak, tapi karena ada aksi 505, banyak yang tidak hadir. Ini tidak baik," papar Hariyadi.
"Calon penguasa mau menaikkan UMP tapi tidak pernah bertanya ke kita. Akhirnya ujung-ujungnya kita yang suruh bayar (kenaikan UMP). Itu yang terjadi, dan ini adalah contoh yang kurang baik karena setiap kebijakan publik harus dikomunikasikan," jelas dia.
Hariyadi mengharapkan agar setiap kebijakan publik dalam hal ini kenaikan upah minimum untuk terlebih dahulu dikomunikasikan kepada pengusaha.
"Yang kita atau pengusaha hadapi saat ini UMP sudah jadi komoditas politik," keluh Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani dalam acara Melanjutkan Sinergi Membangun Negeri di kantor Ditjen Pajak, Jumat (5/5/2017).
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut isu Upah Minimum Provinsi (UMP) saat ini telah menjadi barang dagangan politik.
Kebijakan untuk memutuskan upah tersebut tak pernah dikomunikasikan kepada pengusaha, namun pengusaha yang pada akhirnya kena getahnya.
Harga Komoditas jadi Penyelamat Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Sementara itu, Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra mengatakan, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar serentak pada 15 Februari lalu tidak memberikan dampak signifikan terhadap konsumsi swasta dan pemerintah.
"Kami perkirakan, ekonomi tumbuh 5,03 persen (yoy) didorong oleh ekspor dan investasi. Kami pikir belanja politik akan naik, namun konsumsi swasta sedikit melambat dan konsumsi pemerintah masih kontraksi," pungkasnya.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017 diperkirakan mencapai 4,97 persen (yoy), meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 4,94 persen (yoy)," kata Josua.
Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, kenaikan harga komoditas memengaruhi kenaikan volume ekspor kuartal I 2017 yang diperkirakan tumbuh 4,5 persen (yoy) dari 4,24 persen pada kuartal IV tahun lalu.
Perbaikan kinerja ekspor tersebut membantu laju perekonomian di tengah belanja pemerintah yang diperkirakan tumbuh terbatas sekitar 1,1 persen (yoy) dari -4,05 persen pada akhir tahun lalu akibat pola musiman belanja pemerintah yang relatif terbatas di awal tahun.
"Pertumbuhannya tidak terlalu ambisius, tetapi ya termasuk tinggi-lah. Mungkin, kami lebih optimistis dari proyeksi yang ada. Untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I yang akan diumumkan beberapa hari lagi, BI memprediksi 4,99 persen. Kalau saya, mendekati 5,1 persen," tutur dia, pekan lalu.
Optimisme Darmin didorong oleh tren membaiknya harga sejumlah komoditas ekspor Indonesia, terutama yang bersumber dari komoditas Sumber Daya Alam (SDA), seperti karet, kelapa sawit, perkebunan.
Kenaikan harga tersebut memberi sentimen positif bagi penghasilan masyarakat yang tinggal di daerah-daerah penghasil komoditas, seperti Sumatra dan Kalimantan.
Namun, faktor kenaikan harga komoditas di pasar dunia menjadi sentimen positif bagi aktivitas ekspor impor Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi domestik selama tiga bulan awal tahun ini diprediksi lebih kencang jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017 mencapai angka 5,1 persen atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, yaitu kuartal IV 2016 yang sebesar 4,94 persen.
Kemudian dari sisi intermediasi perbankan, Bank Indonesia (BI) dalam hasil Survei Perbankan mensinyalir pertumbuhan kredit pada kuartal I 2017 masih melambat.
Ini sesuai dengan pola historis awal tahun. Kendati demikian, bank sentral memprediksikan pertumbuhan kredit akan kembali meningkat pada kuartal selanjutnya.
Sementara, investasi bangunan cenderung masih melambat terindikasi oleh konsumsi semen yang melambat 14,6 persen dari kuartal sebelumnya.
Sepanjang awal tahun, beberapa indikator ekonomi makro diproyeksi tidak menunjukkan performa yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan prediksi konsumsi rumah tangga yang yang hanya tumbuh 4,98 persen (yoy) atau cenderung melambat dari kuartal sebelumnya. Konsumsi yang melambat itu terindikasi oleh perlambatan penjualan ritel, serta penjualan mobil dan motor.
Dari segi investasi, PMTB diperkirakan tumbuh sekitar 5,0 persen yoy seiring dengan perbaikan investasi non-bangunan terindikasi oleh kenaikan penjualan alat berat dipengaruhi oleh kenaikan aktivitas di sektor perkebunan dan pertambangan.
Lesunya pertumbuhan ekonomi dunia akhir tahun lalu masih membayangi kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I 2017 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (6/5).