Wartawan senior sekaligus pejuang pers nasional Herawati Diah meninggal dunia pada usia 99 tahun, Jumat (30/9/2016) pukul 04.20 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Herawati tutup usia di usia 99 tahun. Sekretaris pribadi yang juga keluarga Herawati Diah, Damayanti mengatakan, sebelum meninggal almarhumah sempat dirawat di rumah sakit sejak 29 Agustus 2016.
Bersama sang suami pada 1 Oktober 1945, Ia mendirikan Harian Merdeka. Semasa hidupnya, ia berkesempatan mengecap pendidikan tinggi. Lepas dari Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, Herawati bersekolah ke Jepang di American High School di Tokyo.
Women's International Club | PT. Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Setelah itu, atas dorongan ibunya, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada tahun 1941. Ia pulang ke Indonesia pada 1942 dan kemudian bekerja sebagai wartawan lepas kantor berita United Press International (UPI).
Women's International Club, Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, Yayasan Bina Carita Indonesia. Sederet penghargaan juga telah diraihnya, termasuk "Lifetime Achievement" atau "Prestasi Sepanjang Hayat" dari PWI Pusat. Di usianya yang sudah senja, Herawati masih aktif menekuni hobinya bermain bridge dua kali seminggu. Bahkan, ia masih mengikuti turnamen bridge. Ia mengaku dengan bermain bridge, kemampuan otak akan terus terasah dan mencegah kepikunan.
Selanjutnya bergabung sebagai penyiar di radio Hosokyoku. Pada tahun 1955, Herawati dan suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia. Koran itu diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, tahun 1955. The Indonesian Observer bertahan hingga tahun 2001, sedangkan koran Merdeka berganti tangan pada akhir tahun 1999. Selain aktif di dunia pers, Herawati juga aktif di sejumlah organisasi seperti Yayasan Bina Carita Indonesia, Hasta Dasa Guna,
"Beliau meninggal karena usia yang sudah sepuh. Sedangkan secara medis karena terjadi pengentalan darah," kata Damayanti. Saat ini jenazah sudah disemayamkan di rumah duka Jalan Patra Kuningan No. 10, Kuningan, Jakarta Selatan. Herawati Diah lahir pada 3 April 1917 di Tanjung Pandan, Belitung, putri dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Billiton Maatschappij, dan Siti Alimah. Herawati adalah istri dari tokoh pers BM Diah yang bekerja di Koran Asia Raya dan pernah menjabat Menteri Penerangan.
Tokoh pers Herawati Diah tutup usia | PT. Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Wartawati senior dan tokoh pers Siti Latifah Herawati Diah tutup usia. Dia meninggal di usia 99 tahun di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Jumat (30/9) sekitar pukul 04.20 WIB. Menurut informasi, Herawati Diah meninggal dunia akibat mengalami pengentalan darah.
Tokoh pers wanita ini merupakan satu dari 14 tokoh nasional yang berjasa pada program-program United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) di Indonesia.
Seperti diberitakan Antara. Herawati menikah dengan BM Diah sekitar tahun 1945 yang saat itu bekerja di Koran Asia Raja. Pada 1 Oktober 1945, BM Diah dibantu Herawati mendirikan Harian Merdeka. Kemudian bersama suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang pertama kali diterbitkan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat pada 1955. Koran itu dibagikan pertama kali dalam acara itu.
Herawati Diah dikenal sebagai wartawan berbakat dan berdedikasi tinggi pada masanya. Selain menekuni dunia jurnalistik sejak lama, Herawati juga aktif menekuni hobi bermain bridge.
Perempuan kelahiran Belitung pada 3 April 1917 ini merupakan istri dari tokoh pers dan mantan Menteri Penerangan era awal Pemerintahan Soeharto, BM Diah. Herawati juga merupakan satu dari segelintir tokoh pers perempuan di Indonesia.
Penerima Bintang Mahaputra ini memulai karir sebagai wartawan sejak 1942 sebagai wartawan lepas Kantor Berita United Press International (UPI). Kemudian bergabung sebagai penyiar di Radio Hosokyoku Lulusan Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, dan melanjutkan pendidikan ke American High School di Tokyo, Jepang. Dia juga melanjutkan pendidikan ke Barnard College, Amerika Serikat.