Presiden Joko Widodo kembali menerapkan kebiasaannya untuk mengajak tamu kenegaraan mengobrol santai di beranda Istana Merdeka. Jokowi menyebut kebiasaan ini dengan istilah "veranda talk". Kali ini, giliran 18 duta besar luar biasa dan berkuasa penuh yang diajak Jokowi berbincang di beranda
Selama hampir satu jam, Jokowi dan Maxima, yang juga merupakan Ratu Belanda itu, berdiskusi tentang ekonomi inklusif di Indonesia. Terakhir, Jokowi juga sempat mengajak Presiden Filipina Rodrigo Duterte berbincang santai di Istana.
Presiden Jokowi berbincang dengan Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB | PT. Solid Gold Berjangka Pusat Jakarta
Awalnya, 18 dubes itu menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden. Namun, setelah acara kenegaraan selesai, Jokowi mengajak mereka ke beranda belakang Istana Merdeka. Karena jumlahnya cukup banyak, para dubes dari negara sahabat ini pun diminta mengantre satu per satu di dekat pintu keluar di beranda.
Setelah gilirannya tiba, baru mereka dipersilakan menuju beranda, tempat Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sudah menunggu. Dubes pertama yang mendapat giliran mengobrol dengan Jokowi adalah Mehmet Kadri Sander Gorboz, Dubes LBBP Republik Turki untuk Indonesia.
Pada Kamis (1/9/2016) lalu, Presiden Jokowi berbincang dengan Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Perkembangan Keuangan Inklusif, Maxima Zorreguieta Cerruti, juga di beranda Istana Merdeka.
Lalu disusul Dubes LBBP Persatuan Emirat Arab untuk Indonesia Mohamed Abdulla M Bin Mutleq Algafhli, disusul 16 dubes lainnya. Tak ada kursi yang disediakan. Jokowi mengobrol dengan para dubes sambil berdiri. Jokowi dan Duterte di antaranya membicarakan soal penyanderaan WNI oleh kelompok bersenjata asal Filipina Abu Sayyaf serta WNI yang naik haji dengan menggunakan paspor negara itu.
Meski demikian, Djumala mengatakan, tidak semua tamu negara berkesempatan untuk berbincang di beranda Istana Merdeka. Presiden Jokowi yang memutuskan apakah seorang tamu akan diajak berbincang dengan cara tersebut.
Durasi mengobrol dengan setiap dubes sekitar lima hingga sepuluh menit. Jokowi sesekali bicara serius, tetapi juga sesekali tersenyum dan tertawa. Sementara itu, dari beranda tersebut, Jokowi dan para dubes bisa menikmati hamparan taman hijau yang cukup luas hingga kicauan burung. Hujan gerimis juga sempat turun membuat udara menjadi sedikit sejuk.
Tercatat, Perdana Menteri Timor Leste Rui Maria de Araujo merupakan tamu negara yang pertama kali diajak Presiden Jokowi berbincang di beranda Istana Merdeka. Saat itu, PM Rui berterima kasih atas keramahan yang ditunjukkan Presiden Jokowi.
Kepala Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala sebelumnya mengatakan, veranda talk merupakan ide dari Presiden. Presiden akan mengajak tamunya yang dianggap dekat dan penting untuk berbincang di beranda Istana Merdeka.
"Itu sangat tergantung oleh persepsi Presiden sendiri. Presiden yang menentukan dan biasanya pagi-pagi sebelum menerima tamu akan kami tanyakan, apakah ingin ada veranda talk atau tidak," ujar Djumala.
Dubes Baru Kanada Serahkan Surat Kepercayaan ke Jokowi | PT. Solid Gold Berjangka Pusat Jakarta
"Indonesia adalah salah satu mitra terpenting Kanada di kawasan Asia Pasifik," kata Dubes MacArthur. "Kanada dan Indonesia adalah dua negara besar yang memiliki identitas kelautan yang kuat dan merupakan dua negara dengan garis pantai yang terpanjang di dunia. Kedua negara menghargai pluralisme dan demokrasi, serta komitmen pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui inovasi dan pendidikan," sambung dia, dalam rilis yang diterima Metrotvnews.com.
Y.M. Peter MacArthur menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Y.M. Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Selasa (4/10/2016), sebagai Duta Besar Kanada yang baru untuk Indonesia.
Kanada meresmikan hubungan diplomatik dengan Indonesia di tahun 1952. Kedutaan Besar Kanada di Jakarta pertama kali dibuka satu tahun setelahnya. Sejak itu, Kanada telah menjalin hubungan positif dengan Indonesia sebagai mitra multilateral yang utama, seperti di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan G20.
Dubes MacArthur mengaku ingin mengeksplorasi lebih jauh peluang kerja sama bilateral dengan Indonesia di bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, dan perdamaian, termasuk dalam kapasitas penjaga perdamaian PBB. Ia mengatakan negaranya mendukung penegakan hukum di Indonesia, dalam semangat saling menguntungkan guna memajukan perlindungan terhadap para investor, pekerja dan wisatawan Kanada di Indonesia.
"Kedua bangsa kita yang akan menikmati hasil dari hubungan yang lebih kuat," ungkap Dubes MacArthur.
Sebelum ditunjuk sebagai Dubes Kanada untuk Indonesia, Y.M. Peter MacArthur menjabat sebagai Direktur Jenderal urusan Asia Selatan, Tenggara dan Oseania di Departemen Luar Negeri, Perdagangan dan Pembangunan (2012-2016). Selama menjabat, ia mewakili Kanada di dalam pertemuan pejabat senior ekonomi di forum APEC dan dengan ASEAN.
Hubungan dagang dua arah antara kedua negara meningkat rata-rata 20 persen tiap tahunnya dan mencapai 4,5 juta dolar Kanada (Rp34,65 trilyun) tahun lalu. Indonesia juga salah satu negara tujuan investasi utama Kanada di Asia, dengan investasi Kanada senilai 4,3 milyar dolar Kanada (Rp42,57 trilyun).
"Kami juga bermitra dalam menghadapi masalah-masalah global seperti terorisme. Kanada dan Indonesia juga menikmati hubungan antar warga di mana ribuan warga Indonesia dan Kanada saling berkunjung ke kedua negara baik untuk berwisata maupun untuk belajar," tutur Dubes MacArthur.
Di kantor pusat, MacArthur menjabat sebagai Deputi Direktur hubungan ekonomi dengan Rusia (1990-1992); Deputi Direktur perencanaan strategis dan kebijakan (1997-1999); Direktur operasi luar negeri Layanan Komisaris Perdagangan (1999-2003); dan Direktur untuk Cina dan Mongolia (2009-2012). Ia juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Peluang Bisnis Global (2009-2012) yang mengawasi sektor industri dan juga kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi. MacArthur menikah dengan Karen MacArthur dan dikaruniai dua orang anak, Stephanie dan Benjamin.
Seiring dengan mempromosikan perdagangan bilateral, Kanada juga berkomitmen melindungi para investor dan warga Kanada di luar negeri. Kanada juga terlibat aktif dalam bantuan pembangunan di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, demokrasi, tata pemerintahan yang baik, dan hak asasi manusia.
MacArthur bergabung dengan Departemen Luar Negeri Kanada tahun 1982 dan sejak itu telah menjabat berbagai posisi di luar negeri. Antara lain sebagai Komisaris Perdagangan di Moskwa (1984-1987) dan New Delhi (1987-1988) dan sebagai konsul yang mengepalai kantor dagang Kanada di Mumbai (1988-1990). Ia pernah menjabat sebagai Komisaris Perdagangan di Hong Kong (1994-1997) dan Atase Perdagangan dan Komisaris Perdagangan Senior di Kedutaan Besar Kanada di Jepang (2004-2009).
Solid Gold Berjangka