Tren klakson telolet | PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Suara klakson pada kendaraan bermotor diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan. Pada pasal 64 diterangkan, klakson merupakan salah satu persyaratan kendaraan laik jalan.
Selanjutnya, aturan tentang suara klakson tertera pada pasal 69 yang bunyinya, ”Suara klakson sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf f paling rendah 83 (delapan puluh tiga) desibel atau dB (A) dan paling tinggi 118 (seratus delapan belas) desibel atau dB (A). (Febri Ardani Saragih)
Tren pemakaian klakson telolet pada bus angkutan umum, kata Kurnia, tidak bisa dibendung. Selain karena ada rasa kebanggaan pengemudi memilikinya, suara yang dihasilkan dikatakan tidak melanggar aturan yang berlaku.
Kurnia menjelaskan Organda tidak melarang penggunaan klakson telolet. Namun, dianjurkan kepada pada sopir agar tidak meladeni semua permintaan “pemburu” klakson telolet.
Belakangan ini masyarakat banyak yang meminta sopir membunyikan klakson di jalanan, rekaman videonya sudah viral di dunia maya.
“Tidak ada larangan sama sekali. Tapi kami pernah ukur dB (desibel)-nya , di bawah aturan,” jelas Kurnia.
“Tidak ada yang bisa disalahkan di tren ini. Kami di pengusaha otobus juga sudah menyarankan agar tidak diladeni. Tapi ya kalau sudah di lapangan tidak bisa dikontrol, itu (klakson telolet) ada kebanggaan juga buat pengemudi,” kata Kurnia yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia via telepon, Rabu (21/12/2016).
Menurut Kurnia, tren klakson telolet tidak bisa dibendung karena muncul secara alami. Namun, tren ini tidak akan berlangsung lama. “Nanti akan hilang begitu saja,” ucap Kurnia.
Klakson telolet bukan spesifiksi standar bawaan produsen bus, jadi pemilik bus harus memodifikasinya.
Di pasaran, klakson telolet dijual mulai Rp 250.000 hingga sekitar Rp 1 jutaAwalnya, kebiasaan meminta sopir membunyikan klakson telolet cuma dilakukan penggemar bus-bus di daerah, tetapi kini semakin meluas. Tren klakson telolet yang terjadi sekarang bukan hanya karena viral di masyarakat, melainkan juga didorong rasa kebanggaan sopir.
Ketua I DPP Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) DKI Kurnia Lesani Adnan menjelaskan bahwa sudah ada pemberitahuan ke pihak internal agar sopir jangan meladeni permintaan membunyikan klakson telolet.
Alasannya, situasi itu bisa membahayakan buat sopir plus penumpang dan masyarakat sekitar.
. Bukan cuma buat bus, mobil kecil bahkan sepeda motor juga bisa memakainya.
Tak Hanya Bus, Truk Juga Pasang Telolet Harga Jutaan | PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Di Krapyak juga terdapat puluhan agen bus yang memberangkatkan penumpang ke Jakarta. Nah, di jalur Krapyak inilah Alamsyah sering melihat truk-truk yang membunyikan klakson telolet.
Menurut Alamsyah, saat ini klakson telolet tak hanya didominasi armada bus. Tapi, truk-truk muatan saat ini juga sudah banyak yang menggunakan klakson telolet. Alamsyah memperkirakan klakson telolet itu menjadi hiburan tersendiri bagi para sopir saat melaju di jalan raya.
Anak-anak itu, kata Slamet, menggunakan ponsel untuk merekam setiap kali ada kendaraan telolet. Saat klakson telolet dibunyikan, anak-anak itu akan girang. Di saat seperti itulah, kru kendaraan juga akan ikut terhibur dan tersenyum.
Anggota Bus Mania Community Semarang, Alamsyah, menyatakan saat berada di pinggir jalan untuk merekam “Om Telolet Om” dirinya juga sering menemui truk yang menggunakan klakson telolet. “Saat kami angkat tangan ke mereka (sopir truk), mereka juga membunyikan telolet,” kata Alamsyah, Rabu malam 21 Desember 2016.
Alamsyah sering merekam telolet di jalur Krapyak, Kota Semarang. Jalur ini menghubungkan bus-bus dari Solo maupun Surabaya yang hendak ke arah Jakarta. Bus-bus ini sudah mulai lewat Semarang sejak sore hingga malam hari.
Klakson telolet yang semula hanya dipasang di armada bus, kini mulai mewabah di armada-armada lain. Sejumlah truk yang melintas di Semarang juga mulai membunyikan klakson telolet.
Seorang sopir truk, Slamet Eko, mengatakan dirinya memasang klakson telolet untuk mengikuti tren. “Teman-teman lain pasang, jadi aku ikut pasang,” kata sopir truk trailer tronton itu, Kamis 22 Desember 2016.
Slamet membeli klakson telolet di Tangerang dengan harga Rp 1,1 juta. Slamet mengaku uang yang dikeluarkan itu sebanding dengan hiburan yang ia bisa nikmati saat perjalanan.
Slamet mengatakan selama perjalanan dari Jakarta ke Surabaya maupun sebaliknya, banyak sekali remaja dan anak-anak yang bergerombol di pinggir jalan raya. Dia sering melihat anak-anak itu kadangkala masih mengenakan seragam sekolah. Rata-rata seragam sekolah SD dan SMP.
Kisah Bocah-bocah Pemburu Bus Telolet di Terminal | PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Yanto, misalnya, pemburu setia bus "telolet" yang baru duduk di kelas 3 SD di salah satu sekolah di Tangerang ini mengatakan, setiap Sabtu dan Minggu ia dan teman sebayanya selalu datang ke Terminal Poris. Smartphone dari China berlayar 5 inci merupakan senjata Yanto untuk mendapatkan rekaman suara bus "telolet".
Yanto mengatakan, ia bersama teman-temannya selalu datang sekitar pukul 13.00 WIB karena pada waktu itu merupakan jam saat bus-bus taksirannya berangkat keluar terminal.
Bahkan, pada saat hujan, Yanto rela berbasah-basahan demi menunggu bus bersuara unik itu. Alasan Yanto menggemari bus "telolet" pun sangat sederhana.
Anak-anak ini sudah hafal betul mana bus yang memiliki klakson "telolet" dan sopir yang pelit untuk membunyikan klakson. Salah satu bus yang sangat ditunggu-tunggu adalah bus dari PO Haryanto.
Sebenarnya, tidak ada yang berbeda dari bus ini, baik dari bentuk maupun suara klaksonnya. Namun, jika ada yang berteriak "Haryanto... Haryanto... haryanto", semua anak-anak dipastikan akan berlari ke pintu gerbang bus sembari mengeluarkan ponsel mereka.
Bus lain yang juga sering ditunggu berasal dari Agramas, PO Zentrum, PO Bhineka, PO Sahabat, dan PO Garuda Mas.
Hampir setiap hari puluhan anak yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar ini mendatangi Terminal Poris di Tangerang, Banten. Bukan untuk bepergian dengan menggunakan bus, puluhan anak itu justru sedang asyik merekam suara bus "telolet" yang dirasa unik karena suaranya yang khas.
Sabtu (21/5/2016) sore sekitar pukul 15.00 WIB, segerombolan anak telah menunggu kedatangan bus "telolet".
Mengeluarkan ponselnya, sambil mengacungkan ibu jari ke atas, lalu digoyangkan seperti menekan klakson, merupakan tanda bahwa anak-anak itu meminta kepada sopir bus untuk membunyikan klakson yang mereka tunggu-tunggu.
Itu busnya, cepat... cepat... udah datang, HP lu mana?" Begitu teriakan gerombolan anak kecil di dalam Terminal Poris yang sedang asyik mengerjakan hobi baru mereka, memburu bus "telolet".
Sama dengan Yanto, Andri mengungkapkan kegiatannya ini hanya sekadar hobi. Setelah rekaman video terkumpul banyak, barulah dia akan mengunduh video tersebut ke media sosial.
Andri mengaku sudah merekam 15 video bus "telolet". Namun, terkadang, tak semua bus yang mau membunyikan klakson meski jempol sudah mengacung tinggi di udara.
Meski bus yang mereka tunggu hanya lewat tanpa membunyikan klakson, anak-anak ini tetap sabar menunggu bus lain lewat sembari bercanda dengan teman sebaya mereka.
Andri mengaku tak hanya suka mendengar suara unik bus "telolet", tetapi bentuk bus yang dirasa menarik dan keren membuat Andri semakin jatuh cinta untuk mengabadikan setiap bus yang lewat.
Namun, akibat hobinya ini, Andri mengaku pernah ditegur oleh orangtuanya agar tidak terlalu sering ke Terminal Poris. Saat ini, Andri tinggal di daerah Karawaci, Jakarta Barat.
"Ya pernah kena marah, katanya jangan sering-sering," ujar Andri.
Sambil memperlihatkan hasil rekamannya, Yanto mengatakan sudah memiliki sekitar 10 rekaman bus "telolet" yang dia rekam sejak beberapa bulan belakangan.
Selain Yanto, ada Andri penggemar bus "telolet" yang berasal dari Jakarta Barat. Andri baru lulus dari bangku SMP.
Bersama seorang temannya, Andri berucap alasan kedatangannya ke Terminal Poris hanya untuk merekam suara bus "telolet".
"Namanya sudah senang mau gimana lagi Bang, he... he... he. Tadi naik Agramas kemari, entar sore ya pulang lagi," ujar Andri.
"Senang saja (suaranya), untuk kenang-kenangan. Enggak pernah dimarahin kok sama ibu," kata Yanto sambil tersenyum lebar.