Rano Karno kembali menunjukkan diri di dunia perfilman | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Awalnya konsep terbentuk sejak tahun 2008. Ketika itu diwujudkan dalam sebuah novel dengan judul yang sama. Meski jalan cerita tidak sama persis, Rano menyatakan pengarapan film ini memiliki makna yang sama.
Aktor yang dikenal dengan peran Si Doel ini menyatakan jika dia memang ingin menekankan kebudayaan dan seni. Ide ini merupakan sebuah kekhawatiran pribadi tentang semakin tergerusnya sebuah kesenian, sehingga perlu ada langkah nyata untuk menjaga dan melestarikannya.
Meski konsep sudah dituangkan begitu lama, Rano mengaku penggarapan menjadi film membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Alasannya dia tidak ingin main-main sebab ingin menghasilkan yang terbaik pada karya-karya yang dikeluarkan oleh Karnos Film.
Apalagi, kebudayaan Tionghoa Benteng yang salah satunya terdapat di Tangerang merupakan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga, tidak dipungkiri, film yang akan tayang 26 Januari 2017 merupakan hasil dari perjalanan kepemimpinannya.
"Ini obsesi saya pas saya jalan jadi wakil, saya larinya memberikan ide yang ditulis teman saya Mas Pere buat jadiin novel dan sekarang jadi film," ujar Produser Eksekutif The Last Barongsai, Rano Karno, Rabu (21/12).
Rano Karno kembali menunjukkan diri di dunia perfilman. Bukan sebagai pemain utama, hanya saja menjadi pengagas ide cerita yang diangkat dalam The Last Barongsai.
Film yang mengangkat kebudayaan Tionghoa ini semata-mata merupakan refleksi aktor senior Indonesia ini terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Dia melihat nasib barongsai tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Betawi yang juga hampir ditinggalkan peminat.
Rindu Film, Rano Karno Lahirkan "The Last Barongsai | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
"Ada kerinduan suasana. Makanya, saya lari kalau sudah bosan. Makanya, lahirlah (cerita) The Last Barongsai ini di tahun 2008," jelasnya lagi.
Selama ini, untuk melampiaskan kerinduannya itu, jika waktunya senggang, ia juga mengajar di rumah produksi miliknya.
"Kadang-kadang kalau rindu (main film), saya ngajar. Karena Karnos kan ada semacam production house, nah saya kadang-kadang ngajar di situ," tuturnya.
Karena kan enggak ada larangan. Kalau Kang Dedy Mizwar (aktor, sutradara, dan Wakil Gubernur Jawa Barat) kan masih main iklan, saya kan enggak laku sebenarnya," kata Rano berbumbu canda dalam wawancara di Kopi Kalyan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Rabu (21/12/2016).
Kali ini Rano menjadi produser dan pemain film The Last Barongsai.
"Kalau dibilang makan waktu, enggaklah. Saya shooting dua hari, Sabtu Minggu aja. Jadi, sebenarnya, kalau Sabtu enggak ada larangan untuk bermain. Jadi, enggak terlalu menyita waktu," jelasnya.
Rano mengaku selalu rindu pada dunia film.
Rano Karno (56) mengaku tetap memberi perhatiannya pada pembuatan film Indonesia dan akting meski ia sedang menjalani masa tugasnya sebagai Gubernur Banten.
Menurut aktor ini, hal itu wajar saja asal tak mengganggu kinerjanya sebagai kepala pemerintahan daerah tersebut.
Rano Karno Tegaskan Filmnya tak Bermuatan Politis | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Bahkan, Ario mengatakan, tim produksinya pun sempat menimbang ulang untuk penggeseran tanggal tayang yang sudah ditetapkan pada 26 Januari 2017. Namun, dia mencoba kembali pada misi yang ingin diangkat lebih kepada pemahaman untuk melestarikan budaya yang ada di Indonesia, sehingga tanggal tersebut pun tidak berubah.
Pengakuan serupa pun diutarakan oleh produser eksekutif Rano Karno yang meyakini jika filmnya memang untuk emngangkat sebuah kebudayaan dalam bidang seni. Prosesnya pun berjalan cukup lama, bukan sesuatu yang mendadak terpikiran baru-baru ini.
"Ini memang murni budaya dan seni, dan ini merupakan potret yang saya tangkap," kata Rano.
"Ini sudah sejak lama persiapan, penetapan tanggal memang mengambil momen Imlek saja," kata Ario Rubbik, sutradara The Last Barongsai, Rabu (21/12).
Ario mengaku memang pasti ada konsekuensi yang akan mengaitkan film arahannya pada kondisi politik di ibu kota sebb penetapan tanggal tayang yang cukup dekat. Hanya dia tidak memusingkan itu sebab filmnya memang tidak mengarah pada permasalah pemilihan umum yang akan terjadi pada suatu daerah.
Mengangkat kisah etnis Tionghoa dalam film The Last Barongsai bukan dimaksudkan untuk mencari ajang polemik dan sensasi. Sutradara Ario Rubbik menyatakan jika penetapan tanggal rilis tidak ada unsur politik.