Kondisi di wall Street jadi pemicu | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Indeks Australia ASX 200 turun 0,39 persen pada perdagangan pagi. Qantas melaporkan laba semester pertama sebelum pajak turun 7,5 persen. Namun Saham Qantas naik 3,94 persen pada sesi pagi.
Nissan mengumumkan menunjuk co-CEO-nya, Hiroto Saikawa, menjadi chief executive officer pada April 1. Saham Nissan tergelincir 0,76 persen pada awal perdagangan.
Minyak diperdagangkan Kamis pagi waktu Asia lebih tinggi, dengan minyak mentah AS naik 0,75 persen menjadi US$53,99 per barel, sementara Brent belum diperdagangkan.
Bursa saham Asia diperdagangkan sedikit lebih rendah pada Kamis pagi. Penurunan tersebut dipicu kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup bervariasi akibat adanya isyarat dari Bank Sentral AS atau The Fed yang akan menaikkan suku bunga.
Dilansir dari laman CNBC, Kamis 23 Februari 2017, di Jepang, indeks Nikkei 225 diperdagangkan turun 0,18 persen, sedangkan di Selat Korea, Kospi fraksional lebih rendah menjadi 2.105,50.
Bursa Asia Melemah Imbas Sentimen The Fed | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Saat ini pasar fokus pada ketidakpastian mengenai program ekonomi presiden AS Donald Trump. Pada laporan pertemuan the Federal itu juga menunjukkan kalau anggota voting hanya melihat "risiko moderat" bila inflasi naik signifikan. Pelaku pasar percaya the Federal Reserve memiliki cukup waktu untuk merespons jika melakukan.
"Risalah ini mencerminkan pola pikir yang moderat. Mereka tidak melihat amunisi untuk mempercepat (kenaikan suku bunga). Ada terlalu banyak ketidakpastian tentang waktu stimulus fiskal dan dampaknyam" jelas Chief Invesment Strategist PGIM Fixed Income Robert Tipp seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/2/2017).
Di pasar komoditas, harga minyak menguat di perdagagan Asia usai data dari the American Petroleum Institute (API) menunjukkan pasokan minyak AS turun secara mengejutkan. Harga minyak ditransaksikan naik 0,8 persen menjadi US$ 54,02. Sedangkan penguatan dolar AS melemahkan harga emas 0,1 persen menjadi US$ 1.236 per ounce.
Dolar AS pun naik tipis terhadap yen menjadi 113,32 usai turun 0,7 persen. Selain itu, indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang menguat 0,2 persen ke 101,39. Euro melemah 0,1 persen menjadi US$ 1,05.
Bursa Asia melemah dari posisi tertinggi dalam 19 bulan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) berusaha menguat usai tertekan lantaran hasil laporan rapat bank sentral AS atau the Federal Reserve cenderung hati-hati menaikkan suku bunga.
Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang cenderung melemah. Indeks saham Australia melemah 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei susut 0,1 persen. Pelemahan di bursa Asia ini ikuti bursa saham AS atau wall street yang bervariasi. Indeks saham Dow Jones naik 0,2 persen. Sedangkan indeks saham S&P 500 dan Nasdaq tergelincir 0,1 persen.
Dolar AS menguat di awal perdagangan bursa Asia seiring investor cermati hasil pertemuan the Federal Reserve pada 31 Januari-1 Februari 2017. The Federal Reserve menunjukkan akan segera menaikkan suku bunga asal inflasi dan data tenaga kerja sesuai harapan.
Mayoritas indeks acuan Asia tak bertenaga | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
Sedangkan di pasar mata uang, indeks dollar diperdagangkan di level 101,39.
Analis mengatakan, hasil notulensi rapat The Fed gagal mengangkat nilai tukar dollar AS. "Si hijau sebelumnya diprediksi bakal menembus level resisten 101,74 namun gagal. Pekan ini, dollar berada dalam tren melemah untuk jangka pendek," jelas Matt Simpson, senior market analyst ThinkMarkets.
Sekadar informasi, yen diperdagangkan di posisi 113,34 per dollar AS pagi ini. Sedangkan dollar Australia berada di level US$ 0,7671. Adapun nilai tukar euro di level US$ 1,0547.
Pasar saham Asia ditransaksikan menurun pada transaksi perdagangan pagi ini (23/2). Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, pada pukul 08.20 waktu Singapura, indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 0,18%. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun ke posisi 2.105,50.
Di Australia, indeks ASX 200 turun 0,39% pada perdagangan pagi. Sektor finansial bergerak sideways dan sektor bahan baku material melorot 1,72%.
Salah satu saham yang pergerakannya mempengaruhi bursa Asia adalah Qantas yang berhasil naik 3,94% pada sesi pagi. Qantas melaporkan, laba sebelum pajak turun 7,5% menjadi A$ 852 juta pada periode enam bulan yang berakhir 31 Desember 2016. Namun, performanya di atas prediksi market.