Inflasi April 2017 mencapai 0,09 persen | PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
“Ada bawang merah, beras, daging sapi, telur ayam ras, dan minyak goreng. Itu semua karena komoditas bahan makanan yang memberikan sumbangan terjadinya deflasi,” katanya.
Meskipun inflasi April masih relatif terkendali, Kecuk menggarisbawahi bahwa penyesuaian tarif listrik ke depannya tetap harus diwaspadai oleh pemerintah.
Sementara dari kelompok volatile food, harga bawang putih yang mulai merangkak naik, sampai dengan harga daging dan tomat tetap harus diwaspadai ke depan.
“Secara garis besar, inflasi April terkendali. Kami berharap bulan depan ok, karena menjelang bulan puasa dan Lebaran dengan segala upaya,” ujarnya.
Pada April 2017, wilayah DKI Jakarta mencatatkan inflasi sebesar 0,02 persen. Secara garis besar menurut kelompok pengeluaran, sektor bahan makanan menyumbang deflasi minus 1,13 persen. Terjadinya deflasi, memang karena terjadi penurunan harga beberapa komoditas strategis seperti cabai merah dan cabai rawit.
Merinci lebih jauh menurut kelompok pengeluaran, sektor perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memang memberikan andil terbesar, dengan persentase sebesar 0,93 terhadap inflasi.
Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, mengatakan, terkendalinya inflasi bulan ini murni karena terkompensasi terjadinya deflasi pada harga bergejolak atau volatile food.
Berdasarkan data otoritas statistik, komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices memberikan sumbangsih terbesar dengan persentase sebesar 1,27 persen terhadap inflasi April. Penyesuaian tarif listrik untuk golongan 900 volt ampere, menjadi salah satu penyebab utama inflasi, karena memiliki andil sebesar 0,25 persen.
Badan Pusat Statistik melaporkan, perkembangan Indeks Harga Konsumen pada April 2017 mencatatkan inflasi 0,09 persen, dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,28 persen, sementara inflasi secara year on year mencapai 4,17 persen.
Penyesuaian tarif listrik masih menjadi penyebab terjadinya inflasi di bulan keempat tahun ini.
“Inflasi April tipis sekali, sesuai dengan harapan,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers, di kantornya, Jakarta, Selasa 2 Mei 2017.
Inflasi Bulan April 2017 Dipicu Tarif Listrik | PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan April 2017 menjadi deflasi terbesar dibanding Februari dan Maret yang masing-masing sebesar 0,31% dan 0,66%.
Dengan demikian, komponen inflasi inti April tercatat sebesar 0,13%, administered prices 1,27% dan harga pangan yang bergejolak mengalami deflasi 1,26%.
Sementara kelompok bahan makanan lagi-lagi mengalami deflasi sebesar 1,13% karena penurunan harga cabai merah dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,09%, bawang merah 0,08%, beras 0,02%, serta beberapa komoditas lain dengan andil 0,01% seperti daging sapi, ikan segar, telur ayam ras, beberapa sayuran, dan minyak goreng.
Kelompok sandang juga mencatat inflasi sebesar 0,49%, karena kenaikan harga emas perhiasan. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,08%, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar dengan inflasi 0,03%.
Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan juga mencatat inflasisebesar 0,27% karena kenaikan tarif angkutan udara di 31 kota dengan andil 0,02% dan kenaikan harga bensin serta tarif pulsa ponsel dengan andil masing-masing 0,01%.
Karena itu dampak kenaikan listrik di April ini jadi lebih besar dibanding Maret," kata Suhariyanto saat konferensi pers, Selasa (2/5/2017).
Tak hanya itu, ia juga menyebut inflasi April juga disumbang oleh inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 0,12% karena kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter dengan andil 0,01%.
Tapi kelompok ini juga menyumbang deflasi dari penurunan harga gula pasir dengan andil 0,02%.
Seperti diketahui, inflasi April 2017 tercatat 0,09%. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) bulan Maret lalu menjadi penyebab utamanya, khususnya karena pelanggan pasca bayar.
Ia menyebut, persentase pelanggan pasca bayar mencapai 17,18%. Sementara pelanggan pra bayar hanya sebesar 12,25%.
Tak hanya itu, pemakaian listrik oleh pelanggan pasca bayar juga lebih besar, yaitu mencapai 2,3 kali dari pemakaian listrik pelanggan pra bayar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi 0,93% dengan andil 0,22%. Bahkan, laju inflasinya mendekati inflasi kelompok itu pada Januari 2017 lalu yang mencapai 1,09%.
Kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered prices) lagi-lagi menjadi sumber utama inflasi.
Inflasi Bulan April 0,09 Persen | PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang
Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen dengan IHK 136,08, dan terendah di Cilacap 0,01 persen dengan IHK 130,60.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen dengan IHK 136,83, dan terendah di Jakarta dan Manado masing-masing 0,02 persen dengan IHK masing-masing 127,97 dan 128,77.
Sedangkan kelompok Bahan Makanan menjadi penetralisir angka inflasi karena berhasil menyumbang deflasi sebesar 1,13 persen.
Angka inflasi diambil dari 82 kota IHK dimana 53 kota mengalami inflasi dan 29 kota mengalami deflasi.
Kemudian urutan penyumbang deflasi selanjutnya adalah Sandang sebesar 0,49 persen, lalu Transportasi, komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,47 persen, selanjutnya Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,12 persen, lalu kesehatan 0,08 persen, dan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.03 persen.
"Ini karena adanya penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga 100 VA, tadinya bersubsidi karena tidak layak diambil subsidinya," ungkap Suhariyanto di konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Selasa (2/5/2017).
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan angka inflasi tertinggi disumbangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0.93 persen.
Mengawali bulan Mei 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan perkembangan Indeks Harga Konsumen atau inflasi bulan April 2017 sebesar 0.09 persen dengan IHK sebesar 128,33 persen.