( BPS) mencatat, data indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi | PT Solid Gold Berjangka
Sementara kelompok bahan makan jadi, minuman, rokok, dan tembakau menyumbang inflasi 0,06. Adapun inflasi kelompok pengeluaran lainnya bila digabungkan hanya mencapai 0,07 persen.
Sedangkan bila dilihat berdasarkan komponennya, inflasi Mei 2017 didorong oleh bergejolaknya harga-harga barang yang mencapai 0,16 persen. Adapun komponen harga yang diatur pemerintah menyumbang inflasi 0,14 persen.
Sumbangsih pengeluaran bahan makanan mencapai 0,17 persen terhadap inflasi Mei 2017. Gejolak harga terjadi antara lain bawang putih, cabai merah, telur ayam, daging ayam, beras, daging sapi, dan .
Adapun pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan BBM menyumbang inflasi 0,09 persen. Kenaikan tarif listrik jadi penyebab besarnya infeksi pada komponen ini.
Sumbangan tertinggi berasal dari kelompok pengeluaran bahan makanan," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat, data indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi pada Mei 2017 sebesar 0,39 persen, lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 0,24 persen.
Sementara itu dibandingkan April 2017, inflasi Mei 2017 juga lebih besar. Sebab pada April, inflasi hanya 0,09 persen saja.
Harga Pangan Naik, Inflasi Mei 2017 Capai 0,39 Persen | PT Solid Gold Berjangka
Inflasi Mei diprediksi mencapai 0,37 persen (month to month/MoM) dan 4,31 persen (year on year/YoY). Sedangkan inflasi inti stabil di kisaran 3,32 persen (Yoy) dari 3,28 persen Yoy di bulan sebelumnya," katanya saat dihubungi Liputan6.com.
Pendorong inflasi 0,37 persen di bulan kelima ini, Josua menjelaskan, karena gejolak harga pangan (volatile food) seiring dengan kenaikan permintaan jelang Ramadhan.
Menurutnya, beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga pada Mei, antara lain daging sapi (0,3 persen MoM); daging ayam (4,7 persen MoM); telur ayam (4,3 persen MoM), cabai merah (5,2 persen MoM), dan beras (0,3 persen MoM).
Pencapaian inflasi ini sesuai prediksi. Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan inflasi Mei ini tetap terkendali dan berada pada kisaran target Bank Indonesia (BI), yakni 4 plus minus 1 persen.
Sektor kesehatan mencatat inflasi 0,37 persen dengan andil inflasi 0,02 persen. Di mana tarif rumah sakit memberi kenaikan sumbangan 0,01 persen.
Dia mengatakan, inflasi sebesar 0,39 persen terjadi karena kenaikan harga di seluruh kelompok pengeluaran. Inflasi pada bahan makanan 0,86 persen dengan andil terhadap inflasi 0,17 persen.
Bahan makanan tersebut seperti bawang putih yang berkontribusi ke inflasi 0,08 persen, telur ayam ras 0,05 persen, daging ayam ras 0,04 persen.
Adapula dari makanan jadi, minuman, rokok, tembakau besaran inflasinya capai 0,38 persen dengan andil 0,06 persen. Kemudian nasi dengan lauk pauk, rokok filter, rokok kretek masing-masing 0,01 persen. Namun gula pasir mencatatkan deflasi 0,01 persen.
Dibanding Mei 2016 yang 0,24 persen, ini lebih tinggi. Tapi dibandingkan Mei 2015 yang 0,50 persen, inflasi ini lebih rendah. Mei ini sudah Ramadan. 2016, Ramadan di Juni. Harga-harga barang naik karena terjadi kenaikan permintaan. Sedangkan saat Ramadan tahun lalu di Juni, inflasinya 0,66 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Dia menyebutkan dari 82 kota IHK, sebanyak 70 kota mencatat inflasi dan 12 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Tual 0,96 persen, terendah di Sampit dan Bulukumba masing-masing 0,02 persen. Sementara deflasi tertinggi di Manado 1,13 persen dan terendah di Pematang Siantar.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Mei 2017 tercatat 0,39 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 1,67 persen dan tahun ke tahun mencapai 4,33 persen.
Inflasi akhir 2017 bisa melebihi 5% | PT Solid Gold Berjangka
Sementara itu beberapa komoditas pangan turun harga di bulan Mei antara lain bawang merah dan cabai merah keriting. "Inflasi Mei kami perkirakan mencapai 0,37% atau 4,31% year on year (YoY)," kata Josua. Angka perkiraan Josua ini jauh lebih tinggi bila dibanding inflasi April 2017 yang tercatat sebesar 0,09% atau 4,17% YoY.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman juga mengutarakan alasan yang sama. Menurutnya, kenaikan tarif listik ditambah dengan kenaikan sejumlah harga pangan menjelang puasa, termasuk sayur-sayuran susu dan ikan menjadi penyebabnya. Juniman memperkirakan, inflasi Mei akan mencapai 0,38% atau 4,32% YoY.
Sementara itu Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memproyeksi inflasi Mei lebih tinggi lagi, yaitu mencapai 0,41% dengan inflasi tahunan Mei mencapai 4,34% YoY.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan sejumlah komoditas pangan dan tarif dasar listrik masih menjadi penyebab inflasi Mei. Namun harga komoditas pangan yang melambung menjelang puasa, menjadi penyebab utama inflasi Mei.
Harga pangan yang naik cukup tinggi di bulan mei lalu yaitu cabai merah 5,2% dibanding bulan sebelumnya. Daging ayam naik 4,7%, telur ayam naik 4,3%, daging sapi naik 0,3% dan beras naik 0,3% dibanding bulan sebelumnya.
Kenaikan harga pangan terutama komponen pangan bergejolak atau volatile food terjadi seiring dengan kenaikan permintaan di bulan Ramadan. Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN rata-rata memproyeksikan indeks harga konsumen (IHK) Mei 2017 akan mengalami inflasi di kisaran 0,3%-0,4%.
Dorongan harga pangan memang membuat inflasi mulai bulan Mei 2017 meningkat. Menurut Gundy, inflasi bulan Mei 2017 diperkirakan akan ada di kisaran 4,3% (YoY). Dia memandang inflasi pangan termasuk makanan olahan sebesar 3,7% (YoY) di April 2017 telah mencapai titik terendah dalam lima tahun. "Dengan dimulainya Ramadan di akhir bulan, kami memperkirakan inflasi pangan mencapai titik terendah di tahun ini," kata Gundy.
Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memproyeksikan, inflasi sampai akhir tahun akan mencapai 4,5% YoY. Namun, ia melihat masih adanya kemungkinan inflasi melebihi 5% di akhir tahun, jika inflasi pangan lebih meningkat.
Inflasi sampai akhir tahun bisa lebih tinggi jika pemerintah tidak bisa mengendalikan harga bahan pangan. Bahkan diperkirakan inflasi tahun ini bisa lebih tinggi dari 5% year on year (YoY) jika kenaikan harga pangan, seperti yang terjadi awal Ramadan tahun ini tidak bisa diredam.