PT Freeport Indonesia, sebagai satu-satunya perusahaan tambang emas yang menggunakan metode block caving | PT Solid Gold Berjangka
Ada pun block caving adalah metode penambangan yang bertujuan untuk memotong bagian bawah dari blok bijih sehingga blok bijih tersebut mengalami keruntuhan.
Karakteristik metode ini memakan biaya produksi per ton termurah, biaya operasi padat modal mencapai USD2 miliar-USD10 miliar, pengembangan memakan waktu 15-20 tahun dan umumnya hanya perusahaan dengan modal besar yangtertarik serta membutuhkan keterampilan tenaga kerja.
Metode block caving yang digunakan di tambang bawah tanah Indonesia hanyadi Freeport. Metode tersebut dinilai cocok karena kedalaman lokasi tambang lebih dari 100 meter.
"Waktu Freeport berhenti sebulan, sekitar USD15 juta untuk mulai tambang lagi. Itu belum mulai nambang, baru membetulkan terowongannya yang terbebani deposit itu," kata Ridho.
Ia menambahkan jika keadaan terburuknya Freeport tidak lagi melanjutkan kegiatannya, perusahaan yang meneruskan operasi harus memiliki insinyur yang mengerti metode block caving, yaitu yang berpengalaman melakukan penambangan di Freeport.
Ia menjelaskan kerusakan jika kegiatan penambangan berhenti dapat timbul karena deposit tambang yang telah dihancurkan tidak segera dikeluarkan dari terowongan endapan sehingga terowongan akan terbebani jika dalam waktu lama hasil tambang tidak segera ditarik.
Ia mencontohkan sebelumnya Freeport menghentikan kegiatan tambang selama sebulan. Untuk memulai operasinya lagi, perusahaan harus mengeluarkan biaya reparasi sekitar USD15 juta.
Cadangan tembaga dan emasnya masih banyak, sebaiknya penambangan tetap dilakukan. Sifat metode 'block caving' sekali kita mulai, harus sampai habis. Kalau kemudian berhenti, begitu mulai lagi biayanya bisa USD20 juta-USD30 juta untuk mereparasi kerusakan karena kita enggak nambang," kata Ridho dikutip dari Antara, Senin 8 Mei 2017.
Cadangan tembaga dan emasnya masih banyak, sebaiknya penambangan tetap dilakukan. Sifat metode 'block caving' sekali kita mulai, harus sampai habis. Kalau kemudian berhenti, begitu mulai lagi biayanya bisa USD20 juta-USD30 juta untuk mereparasi kerusakan karena kita enggak nambang," kata Ridho dikutip dari Antara, Senin 8 Mei 2017.
Freeport Cuma Hasilkan 5 Gram Emas dari 5,5 Ton Konsentrat? | PT Solid Gold Berjangka
Block caving biaya produksi paling murah, sekira USD2miliar-USD10 miliar. Tapi menggunakan ini penambang butuh 15 tahun hanya buat terowongan. Itu hanya hanya 70% modal yang habis belum dapat apa-apa. Artinya jika kantong (dana) tidak kuat, jangan coba-coba pakai metode block caving. Ini hanya Freeport," tuturnya dalam acara Forum Pakar IMA di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Pakar Tambang Bawah Tanah ITB Ridho Kresna Wattimena mengatakan, sebenarnya metode tambang bawah banyak, salah satunya block caving. Freeport menggunakan metode ini lantaran metode tambang bawah tanah paling murah dibandingkan lainnya. Tapi untuk mendapatkan hasilnya butuh waktu cukup lama.
PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan salah satu penambang emas bawah tanah yang masih bertahan di Indonesia. Dengan menggunakan metode block caving, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini menjadi satu-satunya penambang yang memiliki risiko merugi tinggi dalam mengelola tambangnya.
Benarkah Tambang 'Raksasa' Freeport di Papua Kaya Bongkahan Emas? | PT Solid Gold Berjangka
Metode block caving membutuhkan kontinuitas, produksi jangan sampai produksi terhenti dalam waktu lama. Ada risiko yang mungkin timbul bila produksi mengalami gangguan.
Dalam metode block caving, produksi ibarat maintanance alias perawatan. Ketika produksi terganggu, berarti perawatannya juga kurang. Badan bijih yang sudah dihancurkan di dalam tanah tetapi tidak segera ditarik keluar akan menciptakan akumulasi tekanan.
Block caving adalah metode tambang bawah tanah dengan biaya produksi per ton termurah. Tapi biaya investasinya besar sekali. Keterampilan tenaga kerjanya juga khusus," papar Ridho.
Tantangan yang harus diatasi adalah kestabilan batuan. Ketika meledakkan badan bijih, batuan harus tetap dijaga keseimbangannya supaya terowongan tak runtuh. Para pekerja di tambang underground pun menghadapi bahaya luncuran lumpur basah yang dapat menimbun mereka di bawah tanah. Hal-hal ini harus dikontrol agar tak menimbulkan korban jiwa.
Tambang bawah tanah Grasberg harus menggunakan metode khusus, yaitu block caving. Metode block caving, yaitu menggali terowongan menuju tempat cadangan bijih mineral di bawah tanah, meledakkan badan bijih hingga hancur di dalam tanah, lalu menariknya keluar secara bertahap lewat jalur-jalur terowongan yang sudah dibuat.
Dengan metode ini tegangan di bawah tanah diatur agar jangan sampai ambruk. Ibarat meja dengan 4 kaki, harus terus dibuat seimbang meski kaki meja dipotong satu per satu perlahan-lahan. Tingkat kesulitan dan risikonya jauh melebihi metode stopping yang menarik bijih lalu mengisi kembali tanah dengan material. Tambang bawah tanah lain di Indonesia tak menghadapi risiko reruntuhan batuan.
Ia berkelakar, tambang yang punya bongkahan-bongkahan emas hanya ada di komik saja, tidak ada di dunia nyata. "Bongkahan emas besar itu hanya ada di komik Donald Bebek saja, tambangnya Paman Gober," ucapnya.
Realitanya, menambang emas bukan pekerjaan mudah. Di Tambang Grasberg misalnya, Freeport harus membuat terowongan sedalam 1,6 kilometer (km) di bawah tanah untuk mengambil bijih (ore).
Dalam bijih seberat 5,5 ton yang kira-kira sebesar 1 orang dewasa, hanya terdapat 5 gram emas. Selain itu terkandung juga 22 gram perak dan 55 kilogram (kg) tembaga. Kadar emas dalam bijih mineral di Tambang Grasberg kurang lebih 0,8 gram per ton.
"Di 5,5 ton bijih itu emasnya cuma 5 gram, 55 kg tembaga, dan 22 gram perak. Emasnya tidak terlihat. Kadar emasnya 0,8 gram per ton," kata Ridho dalam diskusi Indonesia Mining Association (IMA) di JS Luwansa, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Jumlah cadangan emas, perak, dan tembaga yang tersisa diperkirakan masih 2,1 miliar ton.
Tetapi jangan dibayangkan di dalam tambang tanah yang dikelola Freeport itu ada bongkahan-bongkahan emas raksasa. Pakar Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB), Ridho Kresna Wattimena, menjelaskan yang ditambang Freeport adalah bijih berukuran besar.
PT Freeport Indonesia telah mengeruk cadangan emas, perak, dan tembaga dari Tambang Grasberg, Papua, sejak 1991. Dari total cadangan mineral di Tambang Grasberg yang mencapai 3,8 miliar ton, sebanyak 1,7 miliar ton telah diambil Freeport.