Pasar baja domestik terkena gempuran impor Vietnam | PT Solid Gold Berjangka
"Untuk pertumbuhan Ilmate tahun ini targetnya 4%-an," imbuhnya.
Pertumbuhan logam dan baja mesti digenjot, jangan sampai turun dikarenakan akan berpengaruh terhadap sektor lain pada Ilmate lainnya.
Putu menyebut, impor baja memang boleh, hanya saja jumlahnya tidak boleh terlalu banyak dan ikut dalam regulasi pajak yang sudah diterapkan. Pada 2016, Indonesia masih mengimpor 6 juta ton baja dari kebutuhan sebesar 14 juta ton baja mentah. Salah satu cara untuk menahan gempuran dari Vietnam dan China adalah melakukan pembangunan klater baja 10 juta ton di Cilegon yang akan tercapai pada 2025.
Saat ini impor baja paling tinggi ke Indonesia berasal dari China, Vietnam, dan Jepang. Khusus untuk Vietnam, angka produksinya mencapai dua kali lipat dari kebutuhan nasionalnya. Saat ini volume baja Vietnam sampai pada 2,5 juta ton per tahun sedangkan nilai produksinya mencapai 5 juta ton per tahun.
"Over supply ini yang mesti diwaspadai oleh Indonesia, karena Vietnam termasuk dalam anggota Asean, sehingga bisa lebih leluasa untuk sampai ke pasar domestik," katanya.
Dijelaskan, saat ini akan dipersiapkan khusus regulasi anti-dumping dan safeguard demi mencegah berbagai impor baja. Namun, jangka waktu yang dibutuhkan terlalu lama yakni dua tahun untuk merampungkan regulasi ini.
"Jika harus menunggu dua tahun industri baja keburu masuk ke ICU. Dengan begitu harus ada monitoring impor secara ketat mulai dari saat ini," sebutnya.
Pertumbuhan kelompok industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) pada 2016 hanya sebesar 3,8%.
"Saat ini belum bisa di-publish untuk volume impor Vietnam secara pastinya karena mau mencocokan dulu dengan data dari BPS," ujarnya saat konferensi pers pada Jumat (26/5/2017).
"Saat ini belum bisa di-publish untuk volume impor Vietnam secara pastinya karena mau mencocokan dulu dengan data dari BPS," ujarnya saat konferensi pers pada Jumat (26/5/2017).
Kemenperin Genjot Kontribusi Sektor Manufaktur | PT Solid Gold Berjangka
Putu menuturkan, dua subsektor Ilmate merupakan kontributor terbesar terhadap PDB sektor industri nonmigas 2016.
Yaitu, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 10,71 persen serta industri alat angkutan 10,47 persen.
Sementara itu, kontribusi industri logam dasar berkisar 3,96 persen serta industri mesin dan perlengkapan 1,78 persen.
Industri logam berbasis mineral yang meliputi besi baja, aluminium, tembaga, dan nikel menjadi salah satu sektor yang didongkrak.
Dirjen Ilmate Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyatakan, saat ini share industri manufaktur baru sekitar 18 persen.
”Kami akan mendorong melalui tiga kelompok industri, yakni logam, kimia, dan agro,” ujarnya.
Kinerja industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (Ilmate) terus dipacu supaya dapat memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan sektor manufaktur.
Kementerian Perindustrian menargetkan kontribusi industri manufaktur dapat mencapai 30 persen.
Menurut Putu, peluang industri logam terbuka cukup lebar. Apalagi, logam menjadi bahan baku pokok produksi di sektor industri lainnya serta menunjang pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dijalankan pemerintah.
’’Peluangnya masih sangat besar, terutama adanya pelarangan ekspor minerba dan kebutuhan baja yang tinggi di dalam berbagai proyek,’’ ungkapnya.
Strategi Kemenperin Dorong Kontribusi Sektor Manufaktur | PT Solid Gold Berjangka
Selanjutnya, pengembangan industri kendaraan bermotor dengan fokus pada komponen otomotif, penggerak mula (engine) BBM, gas dan listrik, perangkat transmisi (power train), serta alat berat. Pada industri kedirgantaraan meliputi pengembangan pesawat terbang propeler, komponen pesawat, dan perawatan pesawat. Industri perkapalan, yakni kapal laut, komponen kapal (mekanikal dan elektronik), serta perawatan kapal. Sedangkan untuk industri kereta api, kereta diesel dan listrik.
Selanjutnya, pengembangan industri kendaraan bermotor dengan fokus pada komponen otomotif, penggerak mula (engine) BBM, gas dan listrik, perangkat transmisi (power train), serta alat berat. Pada industri kedirgantaraan meliputi pengembangan pesawat terbang propeler, komponen pesawat, dan perawatan pesawat. Industri perkapalan, yakni kapal laut, komponen kapal (mekanikal dan elektronik), serta perawatan kapal. Sedangkan untuk industri kereta api, kereta diesel dan listrik.
Dengan mendorong hilirisasi keempat logam mineral tersebut, diharap akan timbul efek berganda bagi perekonomian Indonesia melalui investasi dan peningkatan nilai tambah.
Untuk menumbuhkan investasi industri smelter, kami telah menyusun rekomendasi kebijakan insentif, seperti kemudahan memperoleh fasilitas tax holiday dan tax allowance,” kata dia.
Kemenperin untuk sekarang akan mencoba fokus dalam mendongkrak kinerja industri logam dasar berbasis mineral, yang meliputi besi baja, aluminium, tembaga dan nikel. Apalagi logam dasar sebagai bahan baku pokok produksi di sektor industri lainnya serta menunjang pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dijalankan pemerintah. Peluangnya masih sangat besar, terutama adanya pelarangan ekspor minerba melalui Undang-Undang dan kebutuhan baja yang tinggi di dalam berbagai proyek.
Putu menuturkan, terdapat dua subsektor dari ILMATE yang memberikan kontribusi cukup besar bag PDB nasional. Industri tersebut, yakni barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 10,71 persen, serta industri alat angkutan 10,47 persen. Sedangkan, kontribusi industri logam dasar di kisaran 3,96 persen, serta industri mesin dan perlengkapan 1 ,78 persen.
Untuk itu, kami akan mendorong melalui tiga kelompok industri, yakni logam, kimia dan agro,” kata I Gusti Putu Suryawirawan melalui siaran pers, Ahad (28/5).
Dirjen ILMATE Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri manufaktur saat ini baru memberikan kontribusi mencapai 18 persen. Dengan target mencapai 30 persen, maka Kemenperin hanya butuh 12 persen lagi meningkatkan sektor yang menjadi salah satu penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Kementerian Perindustrian (Kemenerpin) mendorong kinerja industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) agar memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan sektor manufakur dan ekonomi nasional. Pada 2016, sektor ini tumbuh hingga 3,87 persen dengan menyumbangkan sekitar 4,93 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) nasional.