Agustinus diciduk lantaran telah menipu enam orang pemuda | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
“Saat dikontak untuk berangkat pelaku ini sudah tidak dapat dihubungi. Akhirnya mereka sadar, mereka telah kena penipuan dan melaporkan ke jajaran kami,” katanya.
Berbekal laporan dan hasil pemeriksaan para korban, tim langsung melakukan penyelidikan kasus penipuan tersebut. Alhasil, didapat lokasi bersembunyinya pelaku. Polisi langsung menyiapkan tim untuk menangkap pelaku.
Akhirnya, subuh dini hari tadi, pelaku berhasil diamankan di daerah Tasikmalaya, saat tengah berada di rumah sanak saudaranya.
Dari hasil pemeriksaan, kata Yoris, pelaku telah dua tahun melakukan aksi penipuan tersebut. Untuk menipu para korbannya, pelaku berpura-pura menjadi polisi serta mengaku kakak kandung seorang polisi berpangkat Irjen. “Total kerugiannya capai Rp1 miliar,” sebutnya.
Kasus penipuan ini diserahkan ke Polda Sumatera Utara. Hal tersebut, berdasarkan banyaknya korban di wilayah Sumatera Utara.
Selang satu pekan kemudian, apa yang diinginkan pelaku telah tercapai. Ratusan juta uang yang diminta dari para orang tua korban, telah terpenuhi.
“Dari situ pelaku, menginformasikan kepada para korban untuk bersiap di awal Mei mereka akan berangkat pendidikan. Bahkan pelaku menyiapkan surat kepada para orang tua korban untuk lebih menyakinkan korbannya,” tutur Yoris.
Dengan perasaan bangga, para orang tua para calon anggota Polri berdatangan ke Bandung. Di saat yang bersamaan pelaku pun pergi dari Kota Bandung.
Selama di Bandung, para korban diinapkan di sebuah kos-kosan daerah Dago. Mereka dilatih fisik untuk kesiapan pendidikan. Para korban juga mendapat baju polisi lengkap. “Mereka juga dilatih menembak,” ungkapnya.
Kemudian di awal April, lanjut Yoris, kecurigaan mulai timbul di benak para korban. Mereka mempertanyakan kepada pelaku, kapan akan diberangkatkan pendidikan.
Pelaku berkilah, awal Mei mereka akan berangkat pendidikan untuk menjadi angota polisi. Pelaku beralasan, uang yang diterima dari orang tua para korbannya belum sepenuhnya diterima.
"Mereka pun akhirnya tergiur. Apalagi tersangka mengaku mempunyai kaka seorang jenderal bintang dua," katanya kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Jumat (5/5/2017).
Yoris menuturkan, setelah menyanggupi membayar sejumlah uang yang diminta pelaku, para korban pun kemudian diberangkatkan ke Bandung. Alasan mereka dibawa ke Bandung, untuk berlatih fisik sebelum pendidikan di Pusdik Brimob Watukosek.
Agustinus diciduk lantaran telah menipu enam orang pemuda warga Kabupaten Sergie, Provinsi Sumatera Utara dengan total kerugian Rp 991 juta. Caranya, dengan mengaku bisa memasukkan keenamnya menjadi anggota Bintara Brimob.
Aksi penipuan tersebut berawal saat Agustinus berkenalan dengan orangtua korban yang ingin mendaftarkan anak-anaknya untuk menjadi anggota polisi. Saat kenalan Agustinus berpura-pura sebagai anggota Brimob berpangkat Iptu.
Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M Yoris Maulana Marzuki menyebutkan, saat perkenalan itulah tersangka mengaku bisa memasukkan anak mereka menjadi Brimob. Syaratnya mereka harus memberikan uang Rp 100 hingg Rp 200 juta.
Metro Raup Rp 1 Miliar Hasil Penipuan Modus Daftar Polisi | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
"Tapi pelantikan itu ternyata tidak ada sampai hari pelaksanaan. Pelaku malah kabur dan membawa uang para korban, uangnya sekitar satu miliar rupiah," ucap Yoris.
Polisi menyita barang bukti berupa uang sebanyak Rp 265 juta, seragam polisi, satu mobil dan satu motor. Metro dijerat Pasal 378 KUHPidana tentang Penipuan yang ancaman hukumannya di atas lima tahun penjara.
Metro tidak banyak komentar. Dia mengaku membeli satu mobil dan satu motor serta belanja kebutuhan sehari-hari dari duit penipuan.
"Saya menyesali perbuatan saya. Saya akan meminta maaf kepada para korban," kata Metro tertunduk lesu.
Yoris menuturkan, para korban yang sudah lulus sempat menanyakan janji pelaku yang bakal memasukkan mereka ke Satuan Brimob di Surabaya. Namun, Metro malah memberikan cuti kepada ketiganya dan menjanjikan segera dilantik menjadi polisi.
Siswa gelombang kedua itu lalu mengikuti pendidikan yang sama dengan tiga korban sebelumnya. Selama pelatihan, para korban menggunakan kaus coklat khas polisi. Urusan biaya pendidikan dan hidup korban di Bandung ditanggung Metro.
"Mereka (korban) setelah pelatihan enam bulan, mendapatkan surat tanda kelulusan polisi. Gelombang pertama itu sudah dinyatakan lulus pendidikan dan sudah dapat seragam Korps Brimob. Tapi statusnya masih magang," ujar Yoris.
Tepatnya Agustus 2016, pelaku berhasil mendapatkan tiga orang korban. Setiap korban mesti menyerahkan uang Rp 100 hingga Rp 200 juta. Metro berdalih duit itu sebagai uang pelicin dan biaya pendidikan.
Singkat cerita, polisi gadungan tersebut memboyong para korban mengikuti pendidikan di Kota Bandung. "Pelatihan berlangsung di halaman kos-kosan di Dago Pojok Bandung. Di sana mereka tes fisik dan latihan menembak, ya layaknya polisi," kata Yoris.
Pada Februari 2017, menurut Yoris, pelaku kembali mencari mangsa di Medan. Metro mengelabui tiga orang. Tipu muslihatnya serupa, para korban ini harus menyetor uang dengan jumlah yang sama.
Beberapa hari setelah para korban melapor, kami langsung menangkap pelaku di Tasikmalaya," kata Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Yoris Maulana di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung.
Yoris menjelaskan, modus pelaku yaitu mendatangi calon korban ke sejumlah daerah di Medan, Sumatera Utara, untuk menawarkan jasa masuk jadi polisi tanpa tes. Guna meyakinkan para korban, sambung Yoris, pelaku berpakaian dinas Korps Brimob berpangkat Iptu.
Metro Jupentius Pernando Agustinus Limbong (34) menyesali perbuatannya. Polrestabes Bandung menangkap pria berkepala plontos ini lantaran menipu sejumlah korban. Sang polisi gadungan ini meraup Rp 1 miliar hasil aksi penipuan bermodus pendaftaran anggota Polri tanpa tes.
Personel Satreskrim Polrestabes Bandung mencokok Metro di Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat dini hari (5/5/2017), sekitar pukul 03.00 WIB. Pelaku sempat buron setelah para korbannya melapor.
Penipuan Transfer Melalui Email Palsu Melonjak | PT Solid Gold Berjangka Cabang Jakarta
"Ini bukan permainan volume, ini adalah hasil penelitian yang cermat," katanya.
Amerika Serikat adalah pasar sasaran terbesar, meski penipu mulai berkembang di negara maju lainnya, termasuk Australia, Inggris, Prancis dan Jerman, kata Holmes.
FBI mengatakan bahwa sekitar satu dari empat korban Amerika Serikat menanggapi dengan menyalurkan uang ke penipu. Dalam beberapa kasus tersebut, pihak berwenang telah dapat mengidentifikasi kejahatan tersebut pada waktunya untuk membantu korban memulihkan dana dari bank sebelum para penjahat mengeluarkan mereka dari sistem.
Survei tersebut tidak melacak berapa banyak uang yang benar-benar hilang bagi penjahat.
Robert Holmes, yang mempelajari kompromi email bisnis untuk firma keamanan Proofpoint Inc (PFPT.O), memperkirakan bahwa insiden yang dikumpulkan oleh FBI hanya mewakili 20 persen dari total, dan bahwa total kerugian sebenarnya bisa sebanyak dua kali lipat dari angka yang dilaporkan oleh FBI.
Kerugian tumbuh karena scammers menjadi lebih canggih, menggali lebih dalam ke departemen keuangan perusahaan untuk menemukan target yang rentan, katanya.
Angka tersebut naik tajam dari laporan FBI sebelumnya yang mengatakan bahwa pencuri berusaha mencuri US$3,1 miliar dari Oktober 2013 sampai Mei 2016, menurut sebuah survei terhadap kasus-kasus dari badan-badan penegak hukum di seluruh dunia.
Jumlah kasus kompromi email bisnis, di mana penjahat cyber meminta wire transfer ke email yang mirip dengan eksekutif perusahaan senior atau pemasok bisnis yang secara teratur meminta pembayaran, hampir dua kali lipat dari Mei hingga Desember tahun lalu, meningkat menjadi 40.203 dari 22.143 , Kata FBI.
Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat mengeluarkan peringatan kepada pelaku bisnis terkait upaya penipuan cyber wire secara global, melalui email yang mengaku berasal dari rekan bisnis terpercaya, yang meningkat dalam tujuh bulan terakhir pada 2016, pada Minggu (7/5/2017).
Penipu berusaha mencuri US$5,3 miliar melalui skema yang dikenal sebagai kompromi email bisnis dari Oktober 2013 sampai Desember, kata FBI dalam sebuah laporan yang dirilis pada Kamis waktu setempat oleh Pusat Pengaduan Kejahatan Internet.