Posted by PT Solid Gold Berjangka News on Kamis, 20 Oktober 2016
Peresmian ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Jalan Tebet Barat Raya, Tebet, Jakarta Selatan diwarnai aksi unjuk rasa oleh puluhan orang, Jumat (21/10/2016). Unjuk rasa ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang hadir dalam acara tersebut.
Dalam aksinya, pengunjuk rasa mengecam berbagai kebijakan Ahok yang dianggap tidak pro-rakyat miskin. Yang paling mereka soroti adalah terkait penggusuran permukiman.
"Ahok begitu mudahnya menginjak rakyat kecil," kata salah seorang pengunjuk rasa perempuan.
Aksi unjuk rasa hanya berjarak sekitar 100 meter dari lokasi peresmian RPTRA. Para pengunjuk rasa mendapat hadangan dari puluhan aparat kepolisian agar tidak mendekati lokasi peresmian RPRTA.
Sampai sekitar pukul 08.30 WIB, Jalan Tebet Barat Raya tidak dapat dilintasi oleh kendaraan. Ahok sendiri belum tampak tiba di lokasi.
Ahok resmikan RPTRA, Sandiaga gelar pelatihan wirausaha di Tebet | PT. Solid Gold Berjangka
Sebelumnya, aksi penolakan yang dilakukan oleh sekitar tiga puluh orang tersebut meminta proses hukum terkait pernyataan Basuki atau akrab disapa Ahok soal surat Al Maidah ayat 51 terus berlanjut. Sebab dianggap telah melakukan penistaan terhadap Alquran.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan meresmikan ruang terbuka publik ramah anak (RPTRA) Akasia, Tebet, Jakarta Selatan. Selain ada penolakan terhadap mantan Bupati Belitung Timur itu, ternyata calon Wakil Gubernur DKI dari Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno juga datang kawasan yang sama.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, Sandiaga akan menggelar pelatihan kewirausahaan dan keuangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Lokasi pelatihan berada di depan taman yang diresmikan oleh Basuki atau akrab disapa Ahok itu. "Kita bangsa Indonesia harus ngerti, menodai agama kita jangan sampai negara kita dirampas," tutupnya.
"Rencananya Pak Sandi akan memberikan pelatihan jam 09.00 WIB. Mungkin sekarang sedang di jalan," ujar salah satu panitia penyelenggara pelatihan, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (21/10).
"Saya pernah jadi korban penggusuran di bantaran Kali Ciliwung, bahkan kami mendapatkan uang kerohiman. Selain itu kami juga hanya membeli (rusun) Rp 6 juta tapi jadi hak milik kita, sekarang gak. Mereka hanya dikasih gratis enam bulan sisanya harus bayar," katanya saat melakukan aksi di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (21/10).
Ibu rumah tangga yang tinggal di Tebet ini mengharapkan, pihak kepolisian tetap melakukan proses hukum terhadap mantan politisi Gerindra ini. Sebab dianggap telah melakukan penistaan terhadap Alquran.
Salah seorang demonstran, Mimi (45) mengatakan, sangat kecewa terhadap cara Ahok melakukan normalisasi sungai dengan melakukan penggusuran. Sebab pada akhirnya warga yang direlokasi tidak mendapatkan hunian tetap, melainkan hanya ruang untuk sewa.
"Harapan saya okelah dia menistakan Alquran dan harus diproses hukum. Hukum jangan tajam ke bawah dan tumpul ke atas," tegasnya. Mimi juga meminta agar Ahok tidak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebab dia menilai, kepemimpinannya hanya menjadi perpanjangan tangan bagi para pengusaha dan pengembang.